4
gambar binatang. Hal itu terungkap oleh penemuan para ahli purbakala di gua
Lascaux
di
Spanyol
Utara,
yang sudah
berumur
200.000
tahun
lebih,
ditemukan gambar binatang dengan jumlah kaki delapan yang posisi
badannya
bertumpuk-tumpuk,
kemudian
di Mesir,
ada
gambar
para
pegulat
sedang bergumul yang susunannya berurutan pada dindingyang diperkirakan
dekorasi
di
dinding
itu
dibuat
pada tahun
2000
sebelum Masehi,
di
Jepang,
para arkeolog menemukan gulungan lukisan kuno yang memperlihatkan suatu
alur cerita yang hidup Kerajaan Heian, sekitar tahun 794-1192.
Di Eropa pada abad ke-19 sudah
muncul
mainan
yang
disebut
Thaumatrope
oleh
Paul
Roget
(1828)
yang
berbentuk
lembaran
cakram
tebal
yang di permukaannya terdapat
gambar burung dalam sangkar. Kedua sisi kiri
dan
kanan
cakram tersebut
diikat
dengan
seutas
tali.
Bila
cakram
tebal
itu
dipilin dengan
tangan,
maka
gambar burung itu
akan tampak bergerak.
Dengan demikian,
mainan
ini
bisa dikategorikan sebagai animasi
klasik.
Dan
di tahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi
yang disebut Praxinoscope. Mainan ini berupa rangkaian ratusan gambar yang
diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin sehingga tampak menjadi
sebuah
gerakan
seperti
layaknya
film.
Mainan
ini
selanjutnya
dianggap
sebagai cikal bakal proyektor pada bioskop.
Sekitar empat
hingga tiga
juta tahun yang
lalu dalam peradaban
budaya Indonesia sudah ada lukisan animasi.
Hal
itu
dibuktikan
dengan
lukisan-lukisan yang ada di Gua Leang-Leang (Sulawesi), beberapa gua di
Kalimantan Timur, serta
gua-gua
yang
masih
murni
tersimpan di alam Papua.
Di Pulau Jawa, sejak zaman dulu juga sudah ada seni menghidupkan
bayangan, yakni seni memainkan Wayang Kulit dan beberapa jenis Wayang
lainnya yang telah memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar
bergerak, musik dan ilustrasi.
Pengembangan
kamera
gerak
dan
projector
oleh Thomas Alfa
Edison serta
para
penemu
lainnya
semakin
memperjelas
praktika
dalam
membuat animasi. Animasi akhirnya menjadi suatu hal yang lumrah walaupun
masih
menjadi
barang
mahal pada waktu
itu.
Bahkan Stuart Blackton,
diberitakan telah
membuat
membuat
film
animasi pendek
tahun 1906 dengan
judul Humourous Phases of Funny Faces, dimana prosesnya dilakukan
dengan cara menggambar kartun diatas papan tulis, lalu difoto, dihapus untuk
diganti modus geraknya dan di foto lagi secara berulang-ulang. Inilah film
animasi pertama yang menggunakan stop-motion yang dihadirkan di dunia.
Kemudian pada tahun 1908, Emile Cohl dari Perancis membuat film
animasi sederhana
menggunakan beberapa figur batang korek api.
Rangkaian
gambar dengan
hitam dibuat di atas kertas putih, dipotret dengan
film
negative sehingga figur menjadi putih dan latar belakang hitam.
Pada awal abad ke dua puluh, popularitas kartun animasi
mulai
menurun
sementara
film layar
lebar
semakin
merajai
sebagai
alternatif media
entertainment. Publik mulai bosan dengan pola
yang
tak pernah berganti pada
animasi
yang
didalamnya
tidak
terdapat
story
line
dan
pengembangan
|