4
Selain bersifat universal, tingkah laku amae
ini juga ditemukan tidak hanya pada
anak-anak. Doi (1992, hal. 78) menjelaskan bahwa perilaku amae
ini juga bisa
ditemukan
bahkan setelah seseorang melewati masa kanak-kanak dan tumbuh
dewasa
sekalipun. Contoh
dari penjelasan ini
adalah pada saat
membina hubungan-hubungan
baru diantara sesama manusia.
Perilaku amae
dengan bentuknya yang berbagai ragam
juga tetap muncul
pada saat-saat tersebut.
Doi dalam Johnson (1993, hal. 163)
mengatakan bahwa contoh bentuk ini juga bisa berupa ungkapan-ungkapan
perasaan
yang berhubungan dengan rasa frustasi, atau penolakan, atau rasa melebih-lebihkan, dan
juga konversi dari amaeru.
Perkataan Doi ini juga didukung oleh Johnson (1993, hal. 161) yang mengatakan
bahwa di dalam keseluruhan aspek dari tulisan Doi,
Johnson menemukan bahwa
terdapat perhatian yang jelas mengenai pemanjaan ketergantungan yang ditunjukkan
dengan cara yang dilebih-lebihkan,
atau ekspresi perserongan dari amae
yang
diilustrasikan oleh Doi dengan memakai
berbagai
kata-kata dan ekspresi khas Jepang
yang umum.
Berikut adalah kata dan ekspresi khas Jepang umum yang dikatakan oleh Doi dalam
Johnson (1993, hal. 164-165) tersebut:
a)
Suneru
b)
Uramu
c)
Futekusareru
d)
Hinekureru
e)
Sumanai
f)
Kodawaru
g)
Toraware
h)
Yakekuso ni naru
i)
Wagamama
j)
Higamu
k)
Higaisha-ishiki
l)
Kuyashii
m)
Amanzuru
n)
Wadakamaru
o)
Toriiku
p)
Tereru
|