7
kata jama
suru
yang berarti mengganggu, dan jama
ni
naru
yang berarti keadaan
mengganggu, atau jama ni suru yang berarti ditanggapi sebagai suatu gangguan.
Sebelumnya, Doi sendiri menulis sebuah makalah yang memberikan penjelasan pada
hubungan antara kesadaran jama
dan mentalitas amae
yang diterjemahkan oleh Arifin
Bey, di mana di dalamnya ia (1992) menuliskan:
Prototype amae jelas sekali ada hubungannya dengan kanak-kanak; di dalam keadaan
ini, ada suatu usaha untuk memonopoli sasaran amaeyaitu sang ibudan suatu rasa
cemburu yang kuat akan timbul jika si ibu memalingkan perhatiannya pada orang lain.
Orang lain dianggap sebagai jama, yaitu sesuatu yang menghalangi dia, dan oleh sebab
itu dia berusaha untuk mengusir mereka. Setidak-tidaknya orang yang sedang amaeru
merasakan adanya jama, barang kali ada hubungan dengan kenyataan bahwa puas-
tidaknya terhadap amae
pada akhirnya tergantung pada pribadi yang ia andalkan
secara pasif. Karena sasaran amae
tidak seluruhnya mungkin dikendalikan oleh
seseorang yang amaeru, timbullah kemungkinan yang bersangkutan akan merasa
dirugikan atau dilukai atau merasa terganggu. (hal. 142)
Pendeknya, Doi mengatakan bahwa
perasaan terganggu, yaitu perasaan telah
dirugikan, mempunyai hubungan yang erat dengan mentalitas amae, dan dominasi
mentalitas amae di dalam masyarakat Jepang inilah yang memunculkan kesadaran yang
kuat terhadap pemikiran jama.
Johnson
(1993)
juga memberikan penjelasan mengenai higaisha-ishiki
yaitu,
feeling or awareness of having been the injured party
(hal.
165). Yang artinya
Perasaan atau kesadaran (bahwa dirinya) telah menjadi pihak yang terluka.
Johnson
(1993, hal. 170) juga menambahkan bahwa
di
dalam perasaan
higaisha-
ishiki
terdapat rasa kronis yang merasa bahwa diri seseorang telah diperlakukan secara
tidak adil, dimana ia
menunjukkan rasa sakit yang mendalam dan merasa dirinya adalah
korban.
|