31
seseorang tidak siap menghadapi ancaman, maka perasaan tertekan dan tidak
berdaya akan muncul.
Kecemasan pada taraf tertentu dapat mendorong meningkatnya performa,
Hal ini disebut sebagai Facilitating Anxiety, yaitu seseorang yang cemas mendapat
IP (Indeks Prestasi) buruk membuat seorang mahasiswa belajar dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian. Dalam hal ini kecemasan yang dimiliki
memberikan efek positif yaitu menjadi pendorong untuk belajar dengan rajin.
Sedangkan bila kecemasan sangat besar, justru akan mengganggu, dalam hal ini
disebut Debilitating Anxiety
(Fausiah & Widury,
2006). Pada debilitating anxiety
ini
terjadi dalam bentuk tidak dapat tidur, gelisah, sering pergi ke toilet pada saat
menjelang dilaksanakan ujian atau ketika sedang mengerjakan ujian.
(Soekadji,1988). Kecemasan remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
usia, status kesehatan, jenis kelamin, pengalaman, sistem pendukung, dan besar
kecilnya stressor (Hurlock, 2000).
Bentuk kecemasan sebagai suatu respon dapat dibagi menjadi 2 bentuk.
Cattell, Scheier, dan Spielberger (dalam Zulkarnaen, 2004), menggambarkan
kecemasan sebagai State Anxiety
dan Trait Anxiety. State Anxiety
adalah reaksi
emosi sementara yang timbul pada situasi dan waktu tertentu, yang dirasakan
sebagai suatu ancaman. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang
subjektif. State Anxiety ini berubah-ubah intensitasnya dan berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Sedangkan Trait Anxiety adalah ciri atau karakteristik seseorang yang cukup
stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan
sebagai ancaman. Dalam hal ini, kecemasan dalam menghadapi ujian nasional
termasuk dalam State Anxiety (Spielberger, dkk., dalam Sena,2007).
|