belakang sehingga peran yang lain tidak dapat dijalankan. Penelitian yang dilakukan
oleh Duxburry dan Higgins (2003) sejalan dengan pernyataan sebelumnya, namun ia
menambahkan dampak yang ditimbulkan dari konflik peran ganda yaitu partisipasi
seseorang pada satu peran menyulitkan partisipasi pada peran yang lainnya.
Paden dan Buchler (dalam Simon, 2002) mendefinisikan konflik peran ganda
merupakan konflik peran yang muncul antara harapan dari dua peran yang berbeda
yang dimiliki seseorang. Dalam pekerjaan, seorang wanita yang profesional
diharapkan agresif, kompetitif, dan dapat menjalankan komitmennya dalam
pekerjaan. Sedangkan di rumah, wanita sering kali diharapkan untuk merawat anak,
menyayangi, dan menjaga suami dan anaknya.
Menurut Netemeyer dkk (dalam Hennesy, 2005) mendefinisikan konflik peran
ganda sebagai konflik yang muncul akibat tanggungjawab yang berhubungan
dengan pekerjaan mengganggu permintaan, waktu, dan ketegangan dalam keluarga.
Hennesy (2005) juga memberikan defenisi dari konflik peran ganda yaitu, konflik
yang terjadi ketika konflik sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan yang mengganggu
kehidupan rumah tangga.
Greenhaus & Beutell (1985) mendefinisikan konflik peran ganda sebagai
sebuah bentuk dari konflik antar peran dimana tekanan dari peran dalam pekerjaan
dan keluarga saling bertentangan, yaitu menjalankan peran dalam pekerjaan
menjadi lebih sulit karena juga menjalankan peran dalam keluarga, begitu juga
sebaliknya, menjalankan peran dalam keluarga menjadi lebih sulit karena juga
menjalankan peran dalam pekerjaan.
Sedangkan Frone, Russell & Cooper (1992) mendefinisikan konflik pekerjaan
keluarga sebagai konflik peran yang terjadi pada karyawan, dimana di satu sisi ia
harus melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga
secara utuh, sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga
dan keluarga mengganggu pekerjaan. Pekerjaan mengganggu keluarga, artinya
sebagian besar waktu dan perhatian dicurahkan untuk melakukan pekerjaan
|