1
Reliefs in Indonesia" (1925).Ia menolak pokok pendapat
Ressers.Stutterheim membuktikan bahwa sumber semua
penyimpangan harus dicari terutama dalam cerita-cerita Rama yang
terdapat di India selatan; bukti-bukti yang dikemukakannya cukup
meyakinkan.Dia juga menegaskan bahwa kisah Rama dan Rahwana
dalam sastra Jawa dan Melayu mempunyai hubungan organis yang
erat dan lebih luas dibandingkan cerita
dewa dan raja dalam
berbagai versi cerita Rama di India.Perbandingan sepintas saja
sudah dapat mengungkapkan hubungan berbagai versi cerita Rama
di Indonesia dengan berbagai versi cerita di India selatan.Teori
Stutterheim mirip dengan teori Poerbatjaraka dalam mengaitkan
Ramayana Kakawin dengan versi Bhattikavya.
Dra.
Edi Sedyawati, dalam kata pengantar Ramadewa karya
Herman Pratikto, mencoba mengaitkan penyimpangan cerita Rama
dengan tradisi sanggit dalam kebudayaan tradisional Indonesia,
khususnya di Jawa dan Bali. Sanggit adalah penyusunan suatu
cerita yang telah dikenal secara khas, yang dilakukan oleh seorang
seniman atas dasar pandangan hidup, pendirian, selera, maupun
tujuan-tujuan tertentu yang mungkin dimiliki seniman tersebut
dalam menampilkan suatu cerita. Kepribadian sang seniman
menentukan watak karya-karyanya; ada yang suka menekankan
pada unsur dramatis, ada yang suka pada unsur kelembutan yang
menyentuh perasaan, ada yang cenderung pada pendalaman nilai-
nilai hidup yang menyangkut kebenaran, hakikat ketuhanan, cara
hidup yang tepat, dan sebagainya.
Akibatnya dalam dunia wayang purwa lahirlah berbagai
cerita carangan atau lakon cabang kreasi para dalang dari generasi
ke generasi.Lakon carangan adalah lakon yang ditambahkan pada
lakon-lakon pokok.Lakon ini terutama terdapat dalam Mahabharata,
namun di Ramayana juga ada. Dari 149 lakon wayang yang dicatat
oleh J Kats, 117 di antaranya adalah lakon carangan. Kebanyakan
lakon carangan mengisahkan peristiwa ketika Pandawa berkuasa di
Amarta, suatu
periode yang jauh lebih pendek daripada periode
sebelumnya.
Contoh cerita yang menyimpang dari induk cerita Ramayana
di karya sastra dan pewayangan di Jawa adalah Rama Nitik dan
Rama Nitis.Tokoh-tokoh Ramayana, yang tentu lebih tua, diper-
temukan dengan tokoh-tokoh Mahabharata. Dikisahkan Rama,
sebagai awatara Wisnu, pada akhirnya menitis pada Kresna, sedang
Lesmana menitis pada Arjuna. Hanuman sebagai tokoh populer
dalam Ramayana juga ditampilkan kembali.Hanuman yang sudah
berusia lanjut tapi masih sakti itu kadang-kadang dipanggil Kresna
jika negeri Dwarawati dan keluarga Pandawa menghadapi kesulitan
yang tak teratasi.
|