1
Bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di atas bisa memberi indikasi bahwa
daerah-daerah sekitar Kabupaten 50 Koto merupakan daerah atau kawasan Minangkabau
yang pertama dihuni oleh nenek moyang orang Sumatera Barat. dikarenakan dari daerah
50
Koto ini mengalir beberapa sungai besar yang akhirnya bermuara di pantai timur
pulau Sumatera. Sungai-sungai ini dapat dilayari dan memang menjadi sarana
transportasi yang penting dari jaman dahulu hingga akhir abad yang lalu.
Nenek moyang orang Minangkabau diduga datang melalui rute ini. Mereka
berlayar dari daratan Asia (Indo-Cina) mengarungi laut Cina Selatan, menyeberangi
Selat Malaka dan kemudian memudiki sungai Kampar, Siak, dan Indragiri (atau
Kuantan). Sebagian di antaranya tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta
peradaban mereka di sekitar Kabupaten 50 Koto sekarang.
Percampuran dengan para pendatang pada masa-masa berikutnya menyebabkan
tingkat kebudayaan mereka jadi berubah dan jumlah mereka jadi bertambah. Lokasi
pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka menyebar ke berbagai
bagian Sumatera Barat yang lainnya. Sebagian pergi ke daerah kabupaten Agam dan
sebagian lagi sampai ke Kabupaten Tanah Datar. Dari sini penyebaran dilanjutkan lagi,
ada yang sampai ke utara daerah Agam, terutama ke daerah Lubuk Sikaping, Rao, dan
Ophir. Banyak di antara mereka menyebar ke bagian barat terutama ke daerah pesisir
dan tidak sedikit pula yang menyebar ke daerah selatan, ke daerah Solok, Selayo, sekitar
Muara, dan sekitar daerah Sijunjung.
Sejarah daerah Propinsi Sumatera Barat menjadi lebih terbuka sejak masa
pemerintahan Raja Adityawarman. Raja ini cukup banyak meninggalkan prasasti
mengenai dirinya, walaupun dia tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Raja
Minangkabau. Adityawarman memang pernah memerintah di Pagaruyung, suatu negeri
yang di percayai warga Minangkabau sebagai pusat kerajaannya.
Adityawarman adalah tokoh penting dalam sejarah Minangkabau. Di samping
memperkenalkan sistem pemerintahan dalam bentuk kerajaan, dia juga membawa suatu
sumbangan yang besar bagi alam Minangkabau. Kontribusinya yang cukup penting itu
adalah penyebaran agama Budha. Agama ini pernah punya pengaruh yang cukup kuat di
Minangkabau. Terbukti dari nama beberapa nagari di Sumatera Barat dewasa ini yang
berbau Budaya atau Jawa seperti Saruaso, Pariangan, Padang Barhalo, Candi, Biaro,
Sumpur, dan Selo.
Sejarah Sumatera Barat sepeninggal Adityawarman hingga pertengahan abad ke-
17 terlihat semakin kompleks. Pada masa ini hubungan Sumatera Barat dengan dunia
luar, terutama Aceh semakin intensif. Sumatera Barat waktu itu berada dalam dominasi
politik Aceh yang juga memonopoli kegiatan perekonomian di daerah ini. Seiring
dengan semakin intensifnya hubungan tersebut, suatu nilai baru mulai dimasukkan ke
Sumatera Barat. Nilai baru itu akhirya menjadi suatu fundamen yang begitu kukuh
melandasi kehidupan sosial-budaya masyarakat Sumatera Barat. Nilai baru tersebut
adalah agama Islam.
Syekh Burhanuddin dianggap sebagai penyebar pertama Islam di Sumatera Barat.
Sebelum mengembangkan agama Islam di Sumatera Barat, ulama ini pernah menuntut
ilmu di Aceh.
Pengaruh politik dan ekonomi Aceh yang demikian dominan membuat warga
Sumatera Barat tidak senang kepada Aceh. Rasa ketidakpuasan ini akhirnya
diungkapkan dengan menerima kedatangan orang Belanda. Namun kehadiran Belanda
|