![]() terutama Bandung dan Jakarta sekitar awal tahun 1990.
Namun ketika itu punk masih
relatif kecil dan baru sebatas mengenal musiknya lewat band punk legendaris, Sex Pistols dan
The Clash.
Punk di Indonesia tidak lahir karena gejolak sebagaimana yang terjadi di Amerika ataupun
Inggris, tetapi lebih cenderung
muncul akibat kerinduan akan sesuatu yang baru sebagai
aktualisasi para remaja. Masuknya punk ke Indonesia berkat pemberitaan media mainstream.
Kultur punk dikenal pertama kali dalam bentuk musik dan fashion.
Selama ini orang mengenal punk hanya sebatas penampilan mereka. Misalnya potongan
rambut Mohawk ala suku Indian yang dicat warna-warna terang, sepatu boots, rantai, tindik,
jaket kulit, kaus hitam, celana jins ketat balel. Padahal semangat independen dan mandiri yang
membuat di beberapa komunitas punk ini berbeda. Konsep do it yourself mereka berupaya
berdiri sendiri dan melangkah dengan gayanya sendiri.
2.2.1.3 Komunitas Punk Taring Babi
Gambar 2.1
2.2.1.3.1 Awal Terbentuk
Taring Babi dibentuk pada tanggal 22 Desember 1997 bertepatan dengan Hari Ibu di kalender
nasional. Pada tahun 1997, Bob dan Mike (Pendiri komunitas Taring Babi) bertemu di sebuah
kampus grafika di Jakarta Selatan. Awalnya, Bob dan Mike ingin kuliah, tapi semakin lama
semakin kurang tertarik, karena apa yang dipelajari di
kampus sudah Ia kuasai seperti
menggambar, bikin design, dll. Bob dan Mike memulai dengan beberapa teman-teman yang
mempunyai pemikiran yang sama. Lalu mereka mencari dan menyewa suatu tempat yang bisa
dijadikan tempat untuk berkumpul, berteduh dan berkreatifitas lalu mereka membangun
sebuah jaringan namanya Anti Facist Racist Action (AFRA), yang dipengaruhi oleh referensi
dari proses pengadopsian mereka pada cara pandang dan berfikir teman-teman yang tidak
hanya berbicara tentang musik tetapi juga ikut serta secara aktif sebagai suatu aktifis
kemanusiaan yang kerap bersuara dan bereaksi untuk coba mengangkat tentang kasus-kasus
dan kondisi sosial dan politik pada masa itu.
Pada tahun 2001 mereka mengganti nama AFRA menjadi Tempe Quality, karena pada tahun
ini terjadinya pengklaiman tempe oleh Jepang. Tempe Quality pada saat ini juga menjadi lebel
recording karena pada saat ini mereka sedang aktif dalam bermusik, dan juga Tempe Quality
dijadikan sebagai nama label untuk usaha cetak mencetak yang di produksi oleh mereka. Lalu
pada tahun 2003, nama Tempe Quality berganti lagi menjadi Taring Babi, nama ini diambil
dari permasalahan lokal. Taring babi sering digunakan di daerah-daerah seperti Papua, Jawa
dan Sumatera sebagai simbol. Dan pada tahun 2005 mereka berfikiran untuk mengganti nama
menjadi Sapi Betina. Harapan mereka yang ingin sekali membuat suatu peternakan, dengan
tujuan membuat lahan pekerjaan bersama karena mereka bisa memaksimalkan waktu mereka
secara sosial dan menjadi lebih kuat dan juga bisa mengatasi masalah bersama-sama. Tetapi
sampai saat ini belum terealisasikan karena belum ada gambaran-gambaran yang kuat.
4
|