Home Start Back Next End
  
Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan
Sisingamangaraja di daerah Tapanuli.
Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari
tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal
Belanda J.Van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia
memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25
tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti ditengah jalan karena Menteri
Jajahan Belanda waktu itu J.C.Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera
walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama perang
Paderi ( 1821-1837 ).
Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan
Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu
kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda. Sejak
saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kerajaan Siak Sri
Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda
mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah
taklukan
kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur
masuk kekuasaan Belanda. Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda
otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum
secara fisik menguasai Tanah Deli.
Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan
sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa
di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai
pembela
Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah
taklukan kerajaan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri.
Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi
pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari
Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887,Ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula
dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung
Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada
tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke
Medan.
Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi
Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja)
dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Akte
Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan
Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi
menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal
Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan,
Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.
Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari
Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya
139 orang.
Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun.
Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru
(1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan - Besitang (1919),
Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang
9
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter