Home Start Back Next End
  
(1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat
Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga
(1929).
Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi
pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. sedang dijadikannya medan
sebagai ibukota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi
pusat pemerintah. sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga
sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Kota Medan Masa Penjajahan Jepang
Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang
mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di
Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur.
Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang
berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapore, tepatnya
mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari Divisi
Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh
Letjend. Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele,
Kuala Bugak (dekat Peurlak Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram (kawasan
Batubara sekarang).
Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk
ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat disekitarnya
secara barter. Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena
mereka adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan
menyambut kedatangannya.
Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau, orang
pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda.
Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan pasukannya
yang bernama “ Kempetai “ (Polisi Militer Jepang). Dengan masuknya Jepang di Kota
Medan keadaan segera berubah terutama pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda
disebut “Gemeente Bestuur “ oleh Jepang dirobah menjadi “Medan Sico“
(Pemerintahan Kotapraja). Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja
Kota Medan ketika
itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi.
Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen
disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen
disebut dengan Gunseibu.
Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat
semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah
menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja.
Disebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai
sejenis pertanian kolektif. Dikawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh
dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur
Jepang.
10
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter