d.
Misalnya : es cendol, es campur.es cincau es puter, es klapa, agar-
agar, asinan dan rujak
mempunyai resiko tinggi pada terkontaminasi.
e.
Aneka ragam kue kue tradisional yang tidak di bungkus
f.
Misalnya getuk -, ondol ondo, cenel, lupis dll juga mempunyai resiko tinggi terkontaminasi.
2.2.1.2 Faktor Faktor menyebabkan Anak suka Jajan
1. Faktor Sosial Ekonomi Keluarga
Membekali anak dengan uang jajan sebagai pengganti sarapan pagi, sebenarnya kurang
baik karena sulit mengontrol anak dalam menggunakan uang jajannya. Mungkin anak
membeli makanan jajanan yang tidak menguntungkan dan tidak terjamin keamanannya.
Dampak yang lebih lanjut dari seringnya anak jajan di luar rumah menyebabkan banyaknya
ibu-ibu mengeluh, dimana kelompok usia sekolah ini mempunyai nafsu makan yang kurang
untuk mengkonsumsi makanan di rumah (Sediaoetama, A.D.1991). Timbulnya kebiasaan
jajan akan mempengaruhi konsumsi makan di rumah. Bila anak terlalu banyak jajan dan
dilakukan pada saat yang seharusnya untuk makan di rumah akan dapat menurunkan nafsu
makan anak.
Pendapatan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan, dimana
terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan
faktor penting bagi pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga
yang berpendapatan rendah sering kali tidak mampu membeli panagn dalam jumlah yang
diperlukan sehingga kebutuhan gizi anggota keluarga kurang tercukupi (Berg, 1986). Hal
senada diungkapakan oleh Soehardjo (1989) bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi.
Suriyati (2005) mengatakan kegemaran jajan pada anak tidak terlepas dari keadaan
ekonomi dan kebiasaan makan keluarga, karena pada hakikatnya kebiasaan makan juga tidak
lepas kaitanya dengan kehidupan ekonomi keluarga pada umumnya Walaupun tidak berlaku
secara umum, kebiasaan jajan anak salah satunya dikarenakan anak mendapatkan uang saku
dari orang tua.
Jika anak terbiasa mendapat uang jajan yang berlebihan dapat memberikan dampak
negatif pada anak. Anak cenderung menjadi pemboros dan membuka peluang untuk
mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dan kebutuhan yang diberikan kepada anak juga
harus sesuai dengan kemampuan orang tua. Jadi mencukupi kebutuhan anak tidak harus
dengan makanan yang mahal-mahal, tetapi dengan makanan yang gizinya baik, bersih,
terjangkau dan disukai anak
|