23
2. Musik dan Hormon Tubuh
Satiadarma (1990)
meneliti hubungan antara musik dengan hormone tubuh dengan
cara mengukur suhu kulit menggunakan alat Galvanic Skin Response (GSR). Pada saat
subyek penelitian mendengarkan musik hingar-bingar (Musik yang rebut dan kencang),
maka suhu kulit lebih rendah dari pada suhu basal (suhu normal individu tersebut tanpa
musik). Sebaliknya, ketika musik lembut diperdengarkan, suhu kulit meninggi dari
biasanya.
Hal ini menunjukkan adanya suatu hormon stress yang dilepaskan oleh otak, yaitu
Adrenalin, yang dapat mempengaruhi bekerjanya pembuluh darah di kulit untuk
vasokonstriksi (menyempit) atau vasodilatasi (melebar). Pada kondisi stress, adrenalin
banyak dikeluarkan dan pembuluh darah kulit menyempit, sehingga suhu kulit
menurun. Kesimpulannya adalah jenis musik hingar-bingar dapat menyebabkan kita
stress, sedangkan musik lembut memiliki efek menenangkan. Maka dapat disimpulkan
juga bahwa orang yang suka mendengar musik rock akan cenderung sulit untuk diam
sedangkan orang yang suka mendengarkan lagu mellow
akan mudah tersentuh
perasannya (cengeng).
3. Musik dan Ritme Tubuh
Peneliti David A. Noebel menemukan bahwa ritme musik rock dapat mengganggu
kadar insulin dan kalsium dalam tubuh. Sumber makanan otak kita didapat dari gula
dalam darah, namun bila darah lebih banyak dialirkan ke organ lainnya, maka otak akan
kekurangan gula.
Dengan demikian daya pikir dan pertimbangan moral juga menjadi tumpul. Tidak
heran bila orang mendengar musik rock dalam sebuah konser, mereka dapat berbuat apa
saja, tanpa pertimbangan.
Jantung manusia berdenyut 70-80 kali per menit dengan teratur, denyut jantung bila
didengar dengan stetoskop akan berbunyi DUG-dug-...... Bunyi pertama lebih keras,
bunyi kedua lebih lemah, diikuti fase istirahat.
|