25
sebanyak yang kita terima, terutama jika orang tersebut menyakiti diri
kita (Chermack, Berman, & Taylor, 1997; Ohbuchi & Kambara, 1985,
dalam Baron & Byrne, 2005).
3)
Agresi yang Dipindahkan
Agresi ini merupakan hasil provokasi yang ia tahan, kemudian
sewaktu-waktu ia luapkan pada seseorang yang bukan sumber dari
provokasi awal yang kuat (Dollard dkk, 1939, dalam Baron & Byrne,
2005).
4)
Kekerasan pada Media
Beberapa film menggambarkan adegan-adegan kekerasan,
bahkan terkadang lebih banyak daripada kenyataan sebenarnya
(Reiss & Roth, waters, et all, dalam Baron & Byrne, 2005).
Makin
banyak film atau program televisi dengan kandungan kekerasan,
maka makin tinggi tingkat agresi.
Selain film, dapat terjadi pula
copycat crimes, dimana suatu kejahatan yang dilaporkan di media
kemudian ditiru oleh orang-orang. Dampak lain dari kekerasan pada
media ialah timbulnya efek disensitisasi. Setelah individu menonton
banyak adegan kekerasan,
individu tersebut menjadi acuh pada
kesakitan dan penderitaan orang lain.
Meinarno (dalam Sarwono & Meinarno, 2009), menyatakan bahwa
khusus untuk media massa televisi yang merupakan media tontonan
dan secara alami memiliki kesempatan yang lebih tinggi bagi
pemirsanya untuk mengamati apa yang disampaikan secara jelas
dibandingkan media massa lainnya. Sehingga kekerasan pada
tayangan televisi menjadi modelling
bagi masyarakat. Semakin
banyak adegan kekerasan yang ditonton di televisi, maka individu
|