27
keterangsangan fisik, pikiran serta perasaan bermusuhan, sehingga
dapat menimbulkan perilaku agresif (Myers, 2012).
6)
Keterangsangan Seksual
Hubungan antara keterangsangan seksual dengan agresi bersifat
curvilinear. Keterangsangan seksual ringan mengurangi agresi hingga
tingkat yang lebih rendah daripada yang ditunjukkan oleh tidak
adanya keterangsangan, sedangkan keterangsangan yang lebih tinggi
malah meningkatkan agresi di atas tingkat ketiadaan keterangsangan.
Hal ini disebabkan karena materi erotis yang ringan akan
memunculkan perasaan-perasaan positif yang menghambat agresi,
sedangkan stimulus seksual yang lebih eksplisit akan memunculkan
perasaan negatif sehingga meningkatkan agresi (Zillmann, 1984,
dalam Baron & Byrne, 2005).
2
Faktor Kultural
Beberapa norma di suatu Negara mengizinkan adanya tindakan agresi
untuk mempertahankan harga dirinya yang telah dinodai oleh orang lain.
Yosep (2007) menyatakan bahwa adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi agresi mana yang dapat diterima atau tidak
dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk
mengekpresikan marah dengan cara yang asertif. Ekspresi kemarahan
sangat dipengaruhi oleh apa yang diterima dalam suatu budaya.
|