17
7. Bersifat
prologis,
yaitu
mempunyai
logika
atau
penalaran
sendiri
yang
tidak sama dengan logika umum.
8. Menjadi
milik
bersama
(collective)
dari
kolektif
tertentu.
Hal
ini
disebabkan tidak diketahui lagi siapa pencipta pertamanya. Sehingga
setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
9. Pada umumnya bersifat polos dan lugu, seringkali kelihatan kasar, terlalu
spontan. Hal ini dikarenakan folklore merupakan proyeksi emosi
manusia.
Bentuk bentuk folklore itu dapat berupa
lisan seperti bahasa suatu
daerah,
ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi
rakyat, cerita
prosa rakya, lagu-lagu daerah, kepercayaan dan takhayul, permainan atau
hiburan, teater rakyat, adat kebiasaan, upacara dan pesta rakyat
2.5
Cerita Rakyat
Cerita rakyat sering dipandang
sebagai
sejarah
kolektif
(folk
history),
walaupun
sejarah
itu telah
mengalami distorsi karena tidak tertulis, sehingga sering
kali
bisa
jauh
berbeda
dengan
kisah
aslinya. Cerita
rakyat
biasanya
bersifat
migratoris,
yakni
berpindah-pindah,
sehingga
dikenal
luas
di
daerah-daerah
berbeda.
Selain
itu
legenda
acapkali
tersebar
dalam bentuk
pengelompokan
yang
disebut siklus (cycle), yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau
suatu kejadian tertentu (Dananjaja, 2002:66-67).
Cerita
rakyat
berbeda
dengan folklore,
meskipun
cirinya
terkesan
agak
sama,
folklore
memiliki
cakupan
yang
lebih umum atau
luas,
seperti
lagu,
puisi,
cerita prosa rakyat dan lain sebagainya. Dengan kata lain cerita rakyat adalah
bagian dari folklore.
2.5.1
Pengertian Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu daerah
dalam lingkungan
masyarakat
yang
mempercayai
keberadaan
dan
nilai
historik cerita tersebut. Cerita rakyat biasanya diyakini dan sering diceritakan
secara
turun
temurun
kepada
anak-anak
atau
generasi
selanjutnya,
karena
|