Home Start Back Next End
  
8
Setelah
berhenti
dari “Sizten
en
Lausada”
ia
lebih
banyak
aktif
di
bidang
pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin
menyadari sepenuhnya untuk
mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam
pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin
melihat
sepakbola
sebagai
wahana
terbaik
untuk
menyemai
nasionalisme
di
kalangan
pemuda,
sebagai tindakan menentang Belanda.
Untuk
melaksanakan cita –
citanya itu, Soeratin
mengadakan pertemuan demi
pertemuan
dengan
tokoh
tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung .
Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi menghindari sergapan Polisi Belanda (PID).
Kemudian
ketika
diadakannya pertemuan
di
hotel
kecil
Binnenhof
di
Jalan
Kramat
17,
Jakarta
dengan
Soeri
ketua
VIJ
(Voetbalbond
Indonesische Jakarta)
bersama
dengan
pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk
sebuah
organisasi
persepakbolaan kebangsaan, yang selanjutnya di lakukan
juga
pematangan
gagasan
tersebut
di
kota
Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan
nasional
seperti Daslam Hadiwasito,
Amir
Notopratomo,
A
Hamid,
Soekarno
(bukan
Bung Karno), dan lain –
lain. Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi
atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah
wakil
wakil
dari
VIJ
(Sjamsoedin
mahasiswa
RHS); wakil
Bandoengsche Indonesische
Voetbal
Bond
(BIVB)
Gatot;
Persatuan
Sepakbola
Mataram
(PSM)
Yogyakarta,
Daslam
Hadiwasito,
A.Hamid, M.
Amir Notopratomo;
Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo Soekarno;
Madioensche Voetbal Bond (MVB), Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond
Magelang (IVBM) E.A Mangindaan
(saat
itu
masih
menjadi siswa HKS/Sekolah Guru,
juga  Kapten  Kes.IVBM)  Soerabajashe  Indonesische  Voetbal  Bond  (SIVB)  diwakili
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter