Home Start Back Next End
  
9
Pamoedji.   Dari   pertemuan   tersebut   maka,   lahirlah   PSSI   (Persatoean   Sepakraga
Seloeroeh
Indonesia)
nama
PSSI
ini
diubah
dalam kongres
PSSI
di
Solo
1950
menjadi
Persatuan  Sepakbola  Seluruh  Indonesia  yang  juga  menetapkan  Ir.  Soeratin  sebagai
Ketua Umum PSSI.
Begitu
PSSI
terbentuk,
Soeratin
dkk
segera
menyusun
program yang
pada
dasarnya “menentang”
berbagai
kebijakan
yang
diambil
pemerintah Belanda
melalui
NIVB.
PSSI
melahirkan
“stridij
program”
yakni
program perjuangan
seperti
yang
dilakukan
oleh
partai
dan organisasi
massa yang telah ada. Kepada setiap
bonden/perserikatan diwajibkan
melakukan kompetisi internal untuk
strata I dan II,
selanjutnya 
di 
tingkatkan 
ke 
kejuaraan 
antar 
perserikatan 
yang 
disebut 
“Steden
Tournooi” dimulai pada tahun 1931 di Surakarta .
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan
PSSI
,
kemudian
menggugah
Susuhunan Paku Buwono X, setelah kenyataan semakin banyaknya rakyat pesepakbola
di  jalan  –  jalan  atau  tempat  –  tempat  dan  di  alun  –  alun,  di 
mana  Kompetisi  I
perserikatan diadakan. Paku Buwono X kemudian
mendirikan stadion Sriwedari
lengkap
dengan
lampu,
sebagai
apresiasi
terhadap
kebangkitan
“Sepakbola Kebangsaan” yang
digerakkan 
PSSI. 
Stadion 
itu 
diresmikan 
Oktober 
1933. 
Dengan 
adanya 
stadion
Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan semakin gencar.
Lebih
jauh Soeratin
mendorong pula pembentukan badan olahraga
nasional, agar
kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh
melawan dominasi Belanda. Tahun 1938
berdirilah
ISI
(Ikatan
Sport
Indonesia),
yang
kemudian
menyelenggarakan Pekan
Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo.
Karena
kekuatan
dan
kesatuan
PSSI
yang
kian
lama
kian
bertambah
akhirnya
NIVB
pada
tahun
1936
berubah
menjadi
NIVU
(Nederlandsh
Indische
Voetbal
Unie)
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter