2.3
2.3.1
Atkinson (2000) menyebutkan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan
penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan
individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau situasi. Sunarto
(2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan
dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna kepada lingkungan, apa yang
dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan objektif.
Menurut psikologi temporer, persepsi secara umum dikatakan sebagai suatu
variabel intervening, bergantung pada faktor-faktor peransang, cara belajar, perangkat,
keadaan jiwa dan suasana hati. Robbins (2005) juga menambahkan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu pelaku persepsi, target, dan situasi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
proses pengorganisasian, penafsiran serta penilaian yang dilakukan individu baik positif
maupun negatif terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan.
Proses terjadinya persepsi adalah karena adanya obyek/stimulus yang merangsang
untuk ditangkap oleh panca indera (obyek tersebut menjadi perhatian panca indera),
kemudian stimulus tadi di bawa ke otak. Dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban
(response) adanya stimulus berupa kesan dibalikkan ke indera kembali berupa tanggapan
atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengolahan otak (Widayatun, 2005).
Menurut Myers (1992), proses terjadinya persepsi bisa dijelaskan sebagai berikut.
Stimulus (rangsangan) masuk ke individu melalui pancaindera, kemudian masuk ke tahap
|