19
yang
cepat
dan massive
ini
menggunakan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
(media
massa).
Hal
ini
juga
diamini
oleh
Galperin.
Menurut
Galperin,
globalisasi
budaya
meningkat
di
berbagai
negara
seiring
perkembangan
di
bidang
teknologi
komunikasi dan
informasi, globalisasi ekonomi, juga
globalisasi di
bidang
tayangan
televisi
dan film. Bahkan,
gencarnya
perdagangan
internasional
program-program
televisi
dan film membuat
globalisasi
budaya
semakin
tak
terbendung (Muharromaningsih,
2006:50)
Globalisasi
secara
intensif
terjadi
pada awal ke-20
dengan
berkembangnya
teknologi
komunikasi
melalui
media
massa.
Kontak
budaya
tidak perlu
melalui
kontak
fisik karena
kontak
melalui
media
telah
memungkinkan
sehingga
tidak
mengherankan
bila globalisasi berjalan dengan cepat dan massal.
Globalisasi
dalam
kebudayaan
dapat
berkembang
dengan
cepat. Hal
ini
tentunya
dipengaruhi
oleh
adanya
kecepatan
dan
kemudahan
dalam
memperoleh
akses
komunikasi
dan
berita
namun
hal
ini
justru
menjadi
bumerang
tersendiri
dan
menjadi
suatu masalah
yang
paling
krusial
atau
penting
dalam
globalisasi,
yaitu
kenyataan
bahwa
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dikuasai
oleh negara-negara
maju,
bukan
negara-negara
berkembang
seperti
Indonesia.
Mereka
yang
memiliki
dan mampu
menggerakkan
komunikasi
internasional
justru
negara-negara
maju.
Akibatnya,
negara-negara
berkembang,
seperti
Indonesia
selalu khawatir
akan
tertinggal
dalam
arus
globalisasi
dalam
berbagai
bidang
seperti
politik,
ekonomi,
sosial, budaya, termasuk kesenian kita.
Kebudayaan
setiap bangsa
cenderung
mengarah
kepada
globalisasi
dan
menjadi
peradaban dunia
sehingga melibatkan manusia
secara
menyeluruh.
Simon
Kemoni,
sosiolog
asal Kenya mengatakan
bahwa globalisasi
dalam
bentuk
yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam
|