TINJAUAN PUSTAKA
1.1
1.1.1.
Empat puluh
tahun lalu, para guru mengeluh dengan
adanya gangguan-gangguan
dari siswa, seperti terlalu banyak bicara, keterlambatan, mengunyah permen karet di kelas.
Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem belajar mengajar di kelas. Sekarang, pihak
sekolah mengidentifikasikan beberapa masalah yang serius dalam masa sekolah, yaitu
narkoba, geng, membawa senjata, bahkan pembunuhan. Di antara semua permasalahan
tersebut, satu yang menadapat perhatian khusus adalah perilaku bully (Harris & Petri, 2003).
Ketertarikan masyarakat sosial mengenai perilaku bully
pertama kali dipelopori
oleh masyarakat Swedia pada akhir tahun 1960, kemudian, isu ini menyebar ke bangsa
Skandinavia lainnya (Olweus, 2003). Bangsa Skandianavia menggunakan kata mobbing
atau mobbning untuk menggambarkan perilaku yang terkait masalah bully
(Olweus,
2003). Kata tersebut sendiri mempunyai banyak arti, namun dalam bahasa Inggris sendiri,
mob diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang dikaitkan dengan
kekerasan (Heinemann, dalam Olweus 2003). Olweus (2003) sendiri menggunakan kata
pelaku/korban dan whipping boy dalam penelitiannya mengenai perilaku bully.
Sekarang, kata yang biasa digunakan untuk menggambarkan perilaku bully
adalah peer
abuse atau peer harassment karena adanya kekerasan dalam perilaku yang ditimbulkan.
Sekarang, masyarakat lebih sering menggunakan kata bully (Harris & Petrie, 2003)
|