![]() 16
struktur
tersebut.
Dari
nilai
tegangan dan regangan
itulah akan
menjadi
kriteria perancangan tebal struktur perkerasan.
2.4
Metode Analisa Komponen, Bina Marga (1987)
Dalam perancangan
jalan
menggunakan perkerasan
lentur,
Indonesia
menggunakan
Metode
Analisa
Komponen,
Bina
Marga.
Penentuan tebal
perkerasan
dengan
metode
ini
hanya
berlaku
untuk
konstruksi
perkerasan
yang
menggunakan material berbutir seperti granular
material, batu pecah, dll.
Dalam
metode
Bina
Marga
ini
ada
beberapa
istilah
dan
parameter
yang
digunakan untuk
merencanakan tebal
tiap
lapis
perkerasan
lentur.
Istilah dan
parameter yang dipakai antara lain:
a. Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)
Salah
satu
jalur
yang
menampung
lalu
lintas
tersebut.
Jika
tidak
memiliki
tanda
batas
jalur,
maka
jumlah
jalur
ditentukan dari
lebar
perkerasan
menurut tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Jumlah Jalur Berdasarkan Lebar Perkerasan
Lebar Perkerasan (L)
Jumlah Jalur (n)
L < 5,50 m
1
jalur
5,50 m < L < 8,25 m
2
jalur
8,25 m < L < 11,25 m
3
jalur
11,25 m < L < 15,00 m
4
jalur
15,00 m < L < 18,75 m
5
jalur
18,75 m < L < 22,00 m
6
jalur
Sumber : SNI 1732-1989-F
Sedangkan
untuk
koefisien
distribusi kendaraan
(C)
kendaraan ringan
dan
berat dapat dilihat pada tabel 2.3.
|