Home Start Back Next End
  
3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data dan Literatur
Data yang mendukung proses penyusunan dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti kajian pustaka berupa buku-buku yang berkaitan dengan bangunan
arsitektur peninggalan Belanda di Bandung, literatur lainnya seperti social media dan
internet. Survei lapangan dan wawancara langsung dengan pihak anggota dari
organisasi relawan pelestarian cagar budaya Bandung yang dikenal sebagai Bandung
Heritage. Data lainnya berupa brosur, poster campaign, booklet map dari Bandung
Heritage, dan
perbincangan dengan narasumber yakni Bapak Dibyo selaku dosen
arsitektur ITB Bandung. Penulis juga melakukan pengamatan pada lokasi bangunan-
bangunan arsitektur peninggalan Belanda yang dilestarikan hingga sekarang. 
2.1.1 Kolonialisme Belanda
Kolonialisme di Indonesia dan bangsa Belanda dimulai ketika ekspedisi
Cornelis de Houtman
berlabuh di pantai utara Jawa guna mencari rempah-rempah.
Pada perkembangan selanjutnya terjadi hubungan dagang antara bangsa Indonesia
dengan orang-orang Belanda. Hubungan perdagangan tersebut lambat laun berubah
drastis menjadi hubungan antara penjajah dan terjajah, terutama setelah didirikannya
VOC. Penjajahan Belanda berlangsung sampai tahun 1942, meskipun sempat
diselingi oleh Inggris selama lima tahun yaitu antara 1811-1816. Selama kurang
lebih 350 tahun bangsa Belanda telah memberi pengaruh yang cukup besar terhadap
kebudayaan Indonesia.
Kolonialisme Belanda di Indonesia depat dibagi menjadi beberapa tahapan
yaitu:
1.    Fase antara 1602-1800
:
yaitu fase ketika Belanda dengan VOC
menggalakkan handels kapitalisme.
2.    Fase antara 1800-1850
: fase ini diselingi oleh penjajahan Inggris, pada
masa ini Belanda menciptakan dan melaksanakan cultuurstelsel.
3.    Fase antara 1850-1870
:
cultuurstelsel
dihapus diganti oleh politik liberal
kolonial.
4.    Fase setelah 1900 : makin bertambah perusahaan asing yang ada di Indonesia
akibat politik open door negeri Belanda.
Selain melakukan imperialisme di bidang ekonomi Belanda juga melakukan
imperialisme di bidang kebudayaan. Hal ini terbukti dengan adanya politik etis Van
Deventer. Van Deventer dalam Tweede Kamer 1912 menyatakan bahwa Humanisme
Barat (maksudnya politik etisnya) telah memberi keuntungan besar, ialah dapat
memungkinkan adanya asosiasi kebudayaan antar timur dan barat. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa dalam politik etis Van Deventer
terutama program
edukasinya merupakan pelaksaanan dari politik asosiasi. Politik asosiasi berarti
bangsa penjajah berupaya menghilangkan jurang pemisah antara penjajah dengan
bangsa terjajah dengan melenyapkan kebudayaan bangsa terjajah diganti dengan
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter