biasanya lebih banyak lagi; antara lain calon kyai tersebut dicarikan jodoh, dan diberi
didikan istimewa agar menggunakan waktu terakhirnya di pesantren khusus untuk
mengembangkan bakat kepemimpinannya.
Masyarakat biasanya mengharapkan seorang kyai dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan keagamaan praktis sesuai dengan kedalaman pengetahuan yang
dimilikinya. Semakin tinggi kitab-kitab yang diajarkan, ia akan semakin dikagumi. Ia
juga diharapkan dapat menunjukkan kepemimpinannya, kepercayaannya kepada diri
sendiri dan kemampuannya, karena banyak orang datang meminta nasehat dan
bimbingan dalam banyak hal. Ia juga diharapkan untuk rendah hati, menghormati
semua orang, tanpa melihat tinggi rendah kelas sosialnya, kekayaan dan
pendidikannya, banyak prihatin dan penuh pengabdian kepada Tuhan dan tidak
pernah berhenti memberikan kepemimpinan keagamaan, seperti memimpin
sembahyang lima waktu, memberikan khutbah jumah dan menerima undangan
perkawinan, kematian dan lain-lain.
Adanya kyai dalam pesantren merupakan hal yang mutlak bagi sebuah
pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan pengajaran, karena kyai
menjadi salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren.
Kemasyhuran, perkembangan dan kelangsungan suatu pesantren banyak
bergantung pada keahlian dan ke dalam ilmu, kharismatik, wibawa dan ketrampilan
kyai yang bersangkutan dalam mengelola pesantrennya (Hasbullah, 1996:49).
Menurut Imam Banawi sebagaimana dikutip oleh Yasmadi (2002:63),
keberadaan seorang kyai dalam lingkungan sebuah pesantren laksana jantung bagi
kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan
karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan juga
pemilik tunggal sebuah pesantren.
|