6.
Power dan Thougness: penyatuan diri dengan figur yang memiliki kekuatan.
Hal ini dapat memuaskan baik kebutuhan untuk memiliki kekuatan, maupun
kebutuhan untuk tunduk pada kekuatan. Selain itu, terdapat pula penolakan
pada kelemahan personal.
7.
Destructiveness dan Cynism: merasionalkan agresi, dan fitnah, serta
memandang rendah kelompok-kelompok lain di luar kelompoknya.
8.
Projectivity: kecenderungan untuk percaya bahwa hal-hal yang berbahaya dan
liar akan terus terjadi di dunia.
9.
Sex: kekhawatiran berlebihan pada perkembangan seksualitas yang
bertentangan dengan seksualitas yang dianggap normal, salah satunya terhadap
homoseksualitas.
Kesembilan komponen kepribadian otoritarian tersebut di atas mendapat kritik
dari sejumlah pakar. Konsep kepribadian yang diajukan oleh (Adorno et al., 1950)
tersebut dianggap terlalu menitikberatkan pada mekanisme pertahanan diri secara
tidak sadar (unconscious defense mechanism) yang sulit diuji secara empiris (Duckit,
1989). Altemeyer (1981) juga mengkritik bahwa sebetulnya ada lebih dari sembilan
komponen kepribadian, karena superstition dan stereotype
merupakan dua hal yang
berbeda.
2.1.2 Komponen Otoritarianisme Sayap Kanan
Meskipun banyak dikritik, studi tentang kepribadian otoritarian yang dilakukan
oleh Adorno et al. (1950) sangatlah penting untuk memulai studi-studi dengan
paradigma baru yang sangat dibutuhkan dari konsep otoritarianisme yang lama.
Berangkat dari studi Adorno et al. (1950) inilah, Altemeyer mengembangkan
konstruk yang dikenal dengan istilah otoritarianisme sayap kanan (OSK) (Altemeyer,
|