Start Back Next End
  
117
Jakarta dalam satu wadah dengan didirikannya TIM. Mengingat para
seniman waktu itu terpecah belah karena kekuatan politik.
RUANG EKSPRESI
TIM sejak berdiri tahun 1968 lalu hingga kini telah menjadi ruang
ekspresi seniman yang menyajikan karya -
karya inovatif. Pertunjukan
eksperimen, suatu dunia atau karya seni yang sarat dengan dunia ide.
Membuka pintu seluas -
luasnya bagi ruang berpikir dan berkreasi menuju
seni yang berkualitas. Untuk beberapa waktu lamanya harapan muncul suatu
karya dalam dunia penciptaan, menjadi kenyataan. Panggung TIM
menjadi
marak dengan karya - karya eksperimen yang sarat ide. Ini ditandai dengan
sejumlah kreator seni yang sempat membuka peta baru di atas pentas.
Diantaranya Rendra, pimpinan Bengkel Teater Yogya dari kampung
Ketanggungan Wetan Yogyakarta. Awalnya karya Rendra, berupa drama Be
Pop atau drama mini kata SSSTTT ditanyangkan di layar kaca TVRI.
Menyusul pentas drama klasik Yunani Oedipus Rex, Menunggu Godot,
Hamlet dan karya pentas mini kata lainnya.
Koreografer kondang, Sardono W. Kusumo, melalui pentas tari Samgita
Pancasona menyuguhkan konsep gerak yang memiliki skala tak terbatas.
Balerina terkemuka, Farida Oetojo mewarnai TIM dengan karya balletnya
yang berani. Slamet Abdul Sjukur, yang lama bermukin di Perancis
menggedor publik dengan konser piano sumbat yang membuat penonton
terpana. Sutradara teater Arifin C. Noer, Teguh Karya, Suryana Anirun
(Bandung) , mempesona publik. Koreografer senior, Bagong Kusudiarjo,
Huriah Adam, pelukis Affandi, Trisno Sumardjo, Hendra Gunawan, Agus
Djaya, Oesman Effendi, S. Sudjojono, Rusli, Rustamadji, Mustika mengisi
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter