Start Back Next End
  
38
lain, jurnalisme presisi adalah kegiatan jurnalistik yang menekankan ketepatan
(presisi) informasi dengan memakai pendekatan ilmu social dalam proses kerjanya
(Nurudin, 2009: 226)
Dalam pengumpulan data misalnya, apa yang menjadi syarat dan akurasi
dalam ilmu social juga berlaku dalam jurnalistik. Dengan demikian, narasumber akan
dipilih berdasarkan kaidah-kaidah tertentu yang diberlakukan dalam ilmu social.
C.
Jurnalisme Kuning
Jurnalisme kuning adalah jurnalisme pemburukan makna. Ini disebabkan
karena orientasi pembuatannya lebih menekankan pada berita-berita sensasional dari
pada substansi isinya. Tentu saja, karena tujuannya untuk meningkatkan penjualan ia
sering dituduh sebagai jurnalisme yang tidak professional dan tidak beretika. Karena
yang dipentingkan adalah bagaimana caranya masyarakat suka pada beritanya.
Meskipun ia diprotes oleh kalangan tertentu, ia tidak akan bergeming. Ataupun,
isinya tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Hal itu merupakan perkara lain
(Nurudin, 2009: 230).
Ciri khas jurnalisme kuning adalah pemberitaannya yang bombastis,
sensasional, dan pembuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya
hanya satu, agar masyarakat tertarik. Setelah tertarik diharapkan masyarakat
membelinya. Ini sesuai dengan psikologi komunikasi massa. Orang akan tertarik
untuk membaca atau membeli Koran, yang diperhatikan pertama kali adalah
judulnya. Apalagi judul-judul yang dibuat sangat bombastis.
Jika ditinjau dalam sejarah, istilah jurnalisme kuning muncul pada tahun
1800. Jurnalisme kuning muncul ditandai dengan “pertempuran headline” antara dua
Koran besar di kota New York. Diantaranya Joseph Pulitzer (New York World) dan
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter