Start Back Next End
  
45
pembaca untuk dipikirkan, digambarkan, dan ditarik kesimpulannya. Pembaca diajak
mengimajinasikan tampakan fakta-fakta yang telah dirancang jurnalis dalam urutan
adegan, percakapan, dan amatan suasana.
Gay Talese (1970) mengatakan, meski seperti fiksi, jurnalisme ini bukanlah
fiksi. Pengaruh fiksi memang sangat kental dalam laporan jurnalis yang dijalinkan di
sela-sela teks fakta. Hasilnya, menurut Atmakusumah yang mengutip Tom Wolf
:
“sebuah bacaan yang amat langsung, dengan realitas yang terasa konkret, serta
melibatkan emosi dan mutu penulisnya”. Istilah jurnalisme sastra yang kemudian
menyebar dari new journalism
yang diperkenalkan oleh Tom Wolf, menurut Mark
Kramer, berkembang pada pertengahan tahun 1960 yang penuh pemberontakan.
Jurnalisme sastra lalu memasuki berbagai wilayah penulisan, misalnya penulisan
traveling, memoar, esai-esai histories dan etnografis, dan sejumlah fiksi, bahkan
semifiksi ambigu yang berasal dari peristiwa-peristiwa nyata.
Feature
termasuk karya jurnalistik sastra yang dibangun di atas landasan
gaya penulisan fiksi yang bersifat naratif, kreatif, dan bahkan imajinatif. Sebagai
suatu cerita yang khas faktual objektif yang tunduk kepada kaidah jurnalistik
konvensional normative dan sekaligus jurnalistik sastra, kehadiran feature
dalam
media massa, kini benar-benar sudah dianggap sebagai berkah.
2.3
Kerangka Pikir Penelitian   
Reporter
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter