3
Motif Tingkeban (Solo)
Sidho Asih
, Sidho Drajat, Sidho Mukti, Sidho Mulyo, Sidho Luhur,
Wahyu Tumurun, Semen Rama dan Babon Anggrem
Motif Tingkeban (Yogya)
Pada kebudayaan yogya upacara ini seorang ibu akan dibalut dengan
kain bermotif yang berbeda seperti Babon Nglubuk dan Nogo Sari.
2.2.1.1.2 Upacara Kopohan, Ghendongan, Embanemban,
Tetesan/Khitanan dan Taraban.
Upacara Kopohan adalah upacara yang menyertai kelahiran seorang
anak, kopohan disebut juga dengan basahan. Batik yang digunakan adalah
turun temurun pemilik nenek dari bayi tersebut, ini mengandung arti
agar
kelak sang bayi dikaruniai usia panjang seperti neneknya. Dari beberapa
motif batik itupun mempunyai makna yang baik, dari makna tersebut
diharapkan kelak akan terbawa oleh bayi yang masih suci hingga dewasa
nanti. Selanjutnya kain batik kopohan ini disimpan, lalu dirawat oleh orang
tua bayi tersebut sebagai pusaka. Jika bayi tersebut sering mengalami sakit
sakitan maka kain tersebut digunakan untuk menutupi badan sang anak yang
berharap agar anak tersebut lekas sembuh. Motif pada batik kopohan antara
lain adalah : Kawung, Parang, Truntum dan Cakar.
Saat bayi tersebut itu lahir, maka ari
ari atau plasentanya
ditempatkan dalam sebuah tanah liat atau yang disebut juga dengan bokor,
dan saat proses dikuburkan dan lalu dihanyutkan ke laut. Tanah liat atau
bokor tersebut kemudian di kemas dan dibawa dalam kain gendongan yang
memiliki motif :
Motif Parang Rusak ( untuk bangsawan ), Sidho mukti, Sidho Luhur,
Wahyu Tumurun, dan Semen Rama ( untuk masyarakat biasa ).
Saat bayi digendong saat masih kecil, bayi tersebut digendong
menggunakan sehelai emban
emban. Yang dipercaya dapat melindungi
anak tersebut dari malapetaka. Kain yang digunakan untuk gendongan
tersebut memiliki motif Kawung, Truntum, Parang, Semen Sawat Manuk,
Sisik Buntal, Panji Pura atau Slimun di ( Tuban ).
Pada upacara khitanan yang juga disebut dengan tetesan adalah suatu
upacara sunatan bagi anak perempuan. Diselenggarakan untuk menandai
bahwa anak perempuan tersebut sudah menginjak dewasa, yang dilihat
berdasarkan dari kematangan fisik, yang dilihat dari ilmu psikologisnya yaitu
puber pertama. Dimulai dari dengan datangnya menstruasi, sedangakan anak
laki
laki dari mimpi basah. Untuk upacara pada saat anak perempuan
mengalami menstruasi pertama disebut juga dengan upacara Taraban adalah
upacara yang merayakan siklus menstruasi pertama seorang anak gadis, yang
berarti siklus awalnya kedewasaan seorang anak gadis. Selama upacara
siraman, anak gadis memakai batik dengan motif : Parang Cantel atau
Parang Kusuma, yang dimandikan oleh orang tuanya. Upacara bagi anak
perempuan yang telah puber sering disebut dengan tetesan, sedangkan untuk
anak-
laki-laki disebut khitanan. Dan upacara ini biasanya dilakukan ketika
|