Start Back Next End
  
11
2.4.
Tenun Geringsing
Kain geringsing diketahui sebagai ciri khas Desa Tenganan yang berbentuk
kain tenun ikat. Tidak diketahui secara pasti kapan kain geringsing mulai
muncul di Tenganan Pegringsingan.
Namun menurut beberapa sumber, kain tenun dengan teknik dobel ikat ini
dibawa oleh pedagang India. Faktanya, ada beberapa motif kain geringsing
yang dipengaruhi oleh Patola, India.
Kain geringsing mengandung makna semacam penolak bala. Ini dapat dilihat
dari
arti kata geringsing itu sendiri, gering
yang berarti ‘sakit’ atau ‘wabah’
dan sing
yang berarti ‘tidak’. Dengan begitu, geringsing
berarti ‘terhindar
dari sakit’.
Kain geringsing dapat dikatakan sebagai warisan budaya yang unik dan
langka keberadaannya.
Ini terbukti dari teknik dobel ikat yang hanya dapat
ditemukan di tiga tempat di dunia, yaitu India, Jepang, dan Tenganan. Namun
hanya Tenganan yang secara berkala tetap aktif memproduksi geringsing
yang menggunakan teknik dobel ikat ini.
Geringsing memiliki nilai seni dan ekonomi yang sangat tinggi. Proses
pembuatannya yang memakan waktu panjang dan menggunakan bahan-bahan
alam membuat harga jualnya melambung. Untuk pembuatan satu buah
geringsing, dibutuhkan minimal satu hingga sepuluh tahun. Waktu terlama
dihabiskan untuk proses pewarnaan yang pemeramannya bisa bertahun-tahun
demi mendapat warna yang matang. Warna putih/kuning kain geringsing
didapat dari minyak kemiri. Untuk warna merah bisa didapatkan dari akar
pohon mengkudu yang dicampur dengan kapur sirih. Sedangkan warna hitam
didapat dari perendaman warna biru dari tanaman Indigo tinctoria
dan
dilanjutkan dengan perendaman warna merah.
Menenun geringsing hanya dapat dilakukan oleh orang-orang dengan
keahlian khusus. Dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam membuatnya.
Geringsing dikenal sebagai tenun ikat ganda yang berarti, baik benang pakan
maupun benang lungsi diberi motif melalui teknik pengikatan. Motif
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter