Start Back Next End
  
3
dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal),
memiliki perilaku menyakiti dirinya sendiri, serta menunjukkan sangat
terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan
sebagai
low-functioning autism (IQ dibawah 70 atau 85). Sementara mereka
yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu
menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan
kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai
Dua
dari karakteristik gangguan sesungguhnya
akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-
model treatment yang diberikan pada para penyandang autisme. Apalagi
mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 80%
anak dengan autisme memiliki intelegensi yang rendah dan tidak berbicara atau
nonverbal. Sekaligus menjadikan isu ini menjadi kebimbangan dan tanda tanya
untuk segenap masyarakat dunia bagaimana perkara ini biasa
meningkat dengan
drastisnya.
Maka komunikasi dengan autisme
dalam konteks mempengaruhi sikap,
komunikasi yang dilakukan lebih dengan komunikasi yang
lebih yang bersifat
terapi melalui hubungan interpersonal yang sedekat mungkin, sehingga dapat
merubah emosi anak menjadi lebih terkontrol terutama dalam emosional. Emosi
yang tidak stabil yaitu mengamuk, menangis, dan tertawa
dengan alasan yang
tidak jelas menjadi ciri salah satu anak yang mengalami autisme.
Kanak-kanak Autisme lebih gemar
untuk melakukan perbuatan hal yang ber-
ulang-ulang seperti menghayun atau memusing-musingkan badan atau keadaan
yang lebih berbahaya seperti menggigit atau menghantamkan
kepala. Mereka
juga lambat bertutur kata berbanding dengan anak-anak yang setara dengan
mereka.
Selain dari itu, kanak-kanak autisme juga tidak pandai untuk
berinteraksi dengan kanak-kanak lain semasa bemain. Kebanyakkan kanak-
kanak autisme adalah kurang sensitif kepada rasa sakit namun mereka lebih
sensitif kepada bunyi, sentuhan serta sensori
(deria rasa).
Dalam studi kasus
yang saya jalani kemampuan anak autisme yang mengalami
lebih menunjukkan
pada bidang ketrampilan.
Sebagian dari anak yang mengalami autisme
yang karena bimbingan dari
keluarga serta terapis, 
berhasil menemukan bakat dari dirinya yang selama ini
terselubung oleh  tindakan autismenya sendiri. Pada tingkat autisme yang ringan,
anak masih bisa berkomunikasi dengan normal tapi masih tertutup dan masih
bisa berinteraksi dengan orang lain, saat beranjak dewasa dengan mencapai
jenjang sarjana. Permainan simple bukan berarti simple untuk dimainkan tetapi
bagi anak autisme, melakukan
permainan dengan hal yang bermakna bagi
dirinya.
       Mainan sederhana untuk anak yang mengalami autisme antara lain :
1. Butiran kancing butiran manik warna-warni berbagai bentuk. Caranya: bermain 
    dengan  melatih anak meronce butiran kancing (besar, sedang, kecil), butiran 
    manik warna-warni,  manik berbagai bentuk (bintang, bola, kotak, segitiga, dan 
    lain-lain).
2. Benda-benda di kamar tidur. Caranya: bermain dengan melatih anak   
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter