4
membersihkan tempat tidur dan kamarnya.
3. Pakaian sehari-hari. Caranya: melatih anak menyimpan baju kotor ke tempatnya,
mengajari mencuci bajunya sendiri.
4. Benda-benda di kamar mandi. Caranya: bermain sambil melatih anak mandi
sendiri (menyabun badan, keramas menggunakan sampo, menggosok gigi, dan
sebagainya).
5. Berbagai alat rumah tangga. Caranya: melatih anak dengan perintah-perintah
kecil, seperti mengambil air di gelas, mengambil sayur di kulkas, atau mengambil
botol susu. Membiasakan mereka dengan melakukan perintah kecil, melatih
mereka mengingat dan belajar melatih otot pergelangan tangan serta syaraf
motorik halusnya.
6. Peralatan di dapur. Caranya: melakukan kegiatan di dapur seperti mengupas
bawang putih, memotong tahu dengan pisau plastik, memetik sayuran, mengaduk
adonan puding, membuat susu, atau membuat olesan roti.
7. Benda-benda di halaman. Caranya: mengajak menyiram tanaman, menanam
pohon, mencabut rumput, menggosok lantai, membuang sampah pada tempatnya,
menyimpan bekas mainan, dan lain-lain.
8. Pemutar musik dan film. Caranya: mendengarkan musik dan mengajak berjoget,
menonton film sambil memperagakan tokoh di dalam film.
9. Alat tulis, buku tulis. Caranya: mengajar menulis, mencorat-coret buku, dan lain-
lain.
10. Memakai baju, menyisir rambut, memegang gelas, piring, sendok garpu, dan
kegiatan sederhana lainnya.
Salah satu guru dari sekolah Cahya Anakku , prediksi masa depan anak yang
mengalami autisme sebenarnya bisa dilihat dari hoby apa yang disukainya ketika
menjalani terapi. Dari situ, keluarga dan terapis bisa mendorong si anak
mengembangkan keterampilannya sehingga bisa bekerja sesuai keterampilan
tersebut. Seperti salah satu murid disana ada yang dapat merapikan ranjang /
merapikan sprei sehingga ketika sudah terlatih dan mampu menjalankan dengan baik
dapat dipindahkan ke lapangan kerja hotel untuk menerapkan ketrampilan yang
dipunyainya.
Oleh karena itu, untuk membuka kesempatan anaky yang mengalami autisme
memliki masa depan yang lebih cerah, banyak orang tua yang kini mempercayakan
anak untuk sekolah khusus autisme, seperti yang saya jumpai ketika berkunjung ke
Sekolah Cahya Anakku. Saya sempat berbincang dengan salah satu guru yang
mengatakan bahwa mereka menjalani terapi dengan memahami terapi motorik halus,
motorik kasar, komunikasi, dan mampu berinteraksi dengan sekitar.
Dan dalam
terapi komunikasi pun, guru bercerita dengan menggunakan gambaran visual untuk
mempermudah daya tangkap anak autisme, sehingga secara perlahan anak autisme
dapat mengerti kegiatan sehari-hari lewat gambar visual.
|