Start Back Next End
  
kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya sinematografi. Film inaudibel yang hanya
berdurasi beberapa detik itu menggambarkan bagaimana pekerja pabrik
meninggalkan tempat kerja mereka disaat waktu pulang.
Pada awal lahirnya film, memang tampak belum ada tujuan dan alur cerita
yang jelas. Namun ketika ide pembuatan film mulai tersentuh oleh ranah industri,
mulailah film dibuat lebih terkonsep, memiliki alur dan cerita yang jelas. Meskipun
pada era baru dunia film, gambarnya masih tidak berwarna alias hitam-putih, dan
belum didukung oleh efek audio. Ketika itu, saat orang-orang tengah menyaksikan
pemutaran sebuah film, akan ada pemain musik yang mengiringi secara langsung
gambar gerak yag ditampilkan di layar sebagai efek suara.
2.3 
Klasifikasi Film
Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film yang
diproduksi dengan corak yang berbeda-beda. Secara garis besar, film dapat
diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi pembuatan, dan berdasarkan genre.
Berdasarkan cerita, film dapat dibedakan antara film Fiksi dan Non-Fiksi.
Fiksi merupakan film yang dibuat berdasarkan imajinasi manusia, dengan kata lain
film ini tidak didasarkan pada kejadian nyata. Kemudian film Non-Fiksi yang
pembuatannya diilhami oleh suatu kejadian yang benar-benar terjadi yang kemudian
dimasukkan unsur-unsur sinematografis dengan penambahan efek-efek tertentu
seperti efek suara, musik, cahaya, komputerisasi, skenario atau naskah yang memikat
dan lain sebagainya untuk mendukung daya tarik film Non-Fiksi tersebut. Contoh
film non-fiksi misalnya film The Iron Lady yang diilhami dari kehidupan Margaret
Kemudian berdasarkan orientasi pembuatannya, film dapat digolongkan
dalam film Komersial dan Non-Komersial. Film komersial, orientasi pembuatannya
adalah bisnis dan mengejar keuntungan. Dalam klasifikasi ini, film memang
dijadikan sebagai komoditas industrialisasi. Sehingga film dibuat sedemikian rupa
agar memiliki nilai jual dan menarik untuk disimak oleh berbagai lapisan khalayak.
Film komersial biasanya lebih ringan, atraktif, dan mudah dimengerti agar lebih
banyak orang yang berminat untuk menyaksikannya. Berbeda dengan film non-
komersial yang bukan berorientasi bisnis. Dengan kata lain, film non-komersial ini
dibuat bukan dalam rangka mengejar target keuntungan dan azasnya bukan untuk
menjadikan film sebagaikomoditas, melainkan murni sebagai seni dalam
menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan. Karena bukan dibuat atas dasar
kepentingan bisnis dan keuntungan, maka biasanya segmentasi penonton film non-
komersial juga terbatas. Contoh film non-komersial misalnya berupa film
propaganda, yang dibuat dengan tujuan mempengaruhi pola pikir massal agar sesuai
dengan pesan yang berusaha disampaikan. 
Di Indonesia sendiri contoh film propaganda yang cukup melegenda adalah
film G30S/PKI. Atau film dokumenter yang mengangkat suatu tema khusus,
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter