Start Back Next End
  
16
Tradisi menyebutkan sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati
berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk membela kehormatan
bangsa dan negaranya.
Tindakan ini mungkin diikuti oleh segenap
perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan
ataupun abdi. Menurut tata perilaku dan nilai-nilai kasta ksatriya,
tindakan bunuh diri ritual dilakukan oleh para perempuan kasta tersebut
jika kaum laki-lakinya telah gugur. Perbuatan itu diharapkan dapat
membela harga diri sekaligus untuk melindungi kesucian mereka, yaitu
menghadapi kemungkinan dipermalukan karena pemerkosaan,
penganiayaan, atau diperbudak.
2.2.12. Kidung Sunda
Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa
Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan naskahnya ditemukan di
Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit
yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan
putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya. 
Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda
dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit. Kemudian terjadi
pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda
dengan prajurit Majapahit di pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan
Sunda. 
Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini rombongan Kerajaan
Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.
Cuplikan teks yang menggambarkan penolakan Raja Sunda untuk
memberikan upeti adalah sebagai berikut:
[...], yan kitâw
edîng pati, lah age mareka, i jeng sri naranata,
aturana jiwa bakti, wangining s
embah, sira sang nataputri.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter