Di Singapura Affandi sempat menonton sebuah film yang
menggambarkan seorang tukang sapu jalan yang bisa betahan hidup di kota
Paris. Affandi membulatkan tekadnya sekembali dari India akan berangkat ke
Eropa. Dia terinspirasi dari film yang ia tonton itu kalau seorang tukang sapu
bisa hidup di Paris, mengapa ia tidak? Bukankah ia mempunyai kelebihan
dari tukang sapu itu? Pikirnya. Setelah sampai di Santineketan, apa yang
terjadi setelah Affandi memperlihatkan karya-karyanya, para dosen di sana
menilai kalau Affandi bukan pelukis yang sedang belajar, melainkan seorang
pelukis yang sudah jadi. Uang bea siswa yang dipersiapkan untuk dua tahun
untuknya, akhirnya diberikan sekaligus kepadanya, dan dengan uang itu ia
gunakan untuk berkeliling ke beberapa kota besar, melukis dan mengadakan
pameran
hingga tahun 1951 di India.
(http://psb.unm.ac.id. (Affandi: Maestro
Seni
Lukis Indonesia, azisahmad, Mei 25, 2011).
Pada kesempatan itu ia tidak sia-siakan, ia melukis kehidupan orang
India, nelayan di pantai selatan, orang-orang sadu. Ia melukis kota Bombay,
Benares dan yang lainnya. Di samping lukisan yang bertemakan kehidupan di
India yang sedikit berwarna suram, Affandi pun menghasilkan lukisan-
lukisan yang cerah, salah satu di antaranya adalah lukisan Kartika yang ketika
itu seorang gadis yang beranjak remaja (ABG). Dalam lukisan itu Kartika
mengenakan kain panjang dan kebaya dengan rambut tergerai panjang.
Memperlihatkan kebanggaan seorang ayah kepada anak gadisnya yang
remaja, terasa dalam lukisan itu. Selanjutnya mereka mengunjungi London
dan menyelenggarakan pameran.
Ia
mendapatkan sambutan yang meriah, dan ada resensi yang dimuat
dalam surat kabar yang memujinya sebagai pelukis terbesar setelah Perang
Dunia Kedua yang ketika itu baru saja selesai. Tetapi yang paling
membesarkan hati Affandi adalah karena kritikus seni terkenal, Sir Herbert
Read, menyempatkan diri datang menyaksikan pamerannya; dan dalam
kesempatan itu ia berkata kepada Affandi antara lain: This is a new way of
expressionism. This is your personal way
. Meskipun tidak tertulis sebagai
hitam di atas putih, namun ucapan Herbert Read sangat membesarkan hati
Affandi.
Dia kunjungi kota Paris pada tahun 1953. Ternyata meskipun tak
seramai pers di London atau Amsterdam, tetapi ia mendapat tempat dan
|