Start Back Next End
  
Humanisme Affandi terlihat juga pada karyanya “Dia Datang,
Menunggu, dan Pergi” (1944). Dalam karya ini di tampilkan seorang
pengemis yang baru datang, kemudian meminta, lalu pergi. Raut muka
pengemis yang kurus dengan pakaian lusuh, namun dari sisa ketegarannya
masih bersemangat menjalani kehidupan walaupun dengan mengemis.
Pengamatan Affandi seperti ini menunjukkan keprihatinan jiwanya terhaadap
penderitaan sesama antara anak bangsa. Tema -
tema kerakyatan menjadi
dominasi dalam karya- karyanya. Affandi (The Stories Of Affandi. Ade Tanesia,
2012, hal 108).
Meskipun ia hampir tidak pernah lagi mempergunakan cat air. Ia
mengguyurkan minyak cat, yang dibiarkannya meleleh dan merembes
membasahi kanvas, dan membiarkan catnya lumer oleh lelehan itu. Tidak
puas dengan cara yang biasa, ia memelocotkan cat langsung dari tube dan
dengan jari-jarinya menyapu cat itu di atas kanvas. Affandi merasa seakan-
akan kuas menghalangi kelangsungan curahan emosinya, ia pun telah
menemukan cara melukisnya yang khas. Ia memperhatikan obyek yang
hendak dilukisnya berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Baru setelah ia merasa akrab betul dengan obyeknya, maka ia mulai melukis.
Proses melukis itu sendiri tidak berlangsung lama. Hanya beberapa
jam saja, bahkan terkadang kurang dari satu jam.
Ia ingin menyelesaikan
lukisannya itu ketika emosinya masih menyala. Keinginan pelukis-pelukis ini
untuk cepat mereguk dan menangkap gerak dan serat-serat, textures,
obyeknya, telah membuat mereka nampak lebih  “keranjingan” daripada
mereka yang melukis secara naturalis, realis bahkan yang impresionis.
Jika
emosi sudah habis, maka ia menganggap selesai. Sikapnya yang “anti studio”,
karena inginnya ia dapat menangkap obyek lukisannya langsung dari alam
dan menangkap warna asli dari sinar cerah matahari, seperti Van Gogh, telah
menciptakan tempo dan “greget” sendiri pada lukisannya. (Affandi. Raka
Sumichan dan Umar Kayam, 1987, hal 45).
Affandi selalu merasa tidak puas dengan
lukisannya. Tapi ia tidak mungkin “memperbaikinya”. Setelah itu hati
Affandi agak tenteram, ia telah tahu di mana kira-kira tempatnya dalam
kancah seni lukis dunia. Namun Affandi tetap seorang yang rendah hati. Ia
berkata: “Hanya kebetulan saja saya mendapat kesempatan untuk melawat ke
luar negeri, maka saya dianggap sukses. Padahal masih
ada pelukis-pelukis
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter