Al Jepang di Filipina. Padahal dia baru dua hari tiba dari Tokyo untuk memulai
jabatan barunya ini. Dia diterima oleh perwira eksekutif 201
Commander Asaichi Tamai dan perwira staf senior Kolonel Rikihei
Inoguchi, Karena Komandan 201 Kolonel Sakae Yamamoto tangah bertugas
ke Manila. Kedua
perwira ini heran dan bertanya, apa gerangan yang
membawa Ohnishi ke Mabalacat?
Kepada kedua perwira ini. Ohnishi langsung minta diantar ke markas
pangkalan. Setiba di markas, tiga perwira lain dipanggil ikut bergabung.
Masing-
masing Chuichi Yoshioka, perwira staf flotila udara ke-26, dan dua
pimpinan skuadron dari grup udara 201, Letnan Masanobu Ibusuki dan Letan
Ryo Yokoyama.
Di markas pangkalan Ohnishi duduk berenam mengelilingi sebuah
meja diruangan lantai 2. Dia memandangi wajah anak buahnya satu persatu,
seolah olah ingin mambaca pikiran masing-masing. Susana hening pecah
ketika ia mulai membuka suara. Singkat kata, disini Ohnishi mengusulkan
bahwa ia ingin membuat taktik penyerangan yang sangat tidak biasa, bahkan
tidak masuk akal .Dia ingin mengorganisasikan unut-unit serangan bunuh diri
denga pesawat tempur jenis Zero yang dipersenjatai bom 250 kg .Masing-
masing pesawat harus menabrakan diri ke kapal induk musuh, tekhnik ini
dikenal dengan sebutan dalam bahasa Jepang yaitu Kamikaze
Singkat cerita , dengan segala pertimbangan akhrinya taktik gila ini
disetujui oleh seluruh pihak. Tetapi ada salah satu orang yang menentang
gagasan ini, adalah Saburo Sakai, dia adalah salah satu Ace kenamaan di
skuadron udara AL Jepang . Menurut dia taktik Kamikaze
memang dapat
menimbulkan kerusakan hebat di pihak sekutu tetapi di sisi lain Jepang akan
kehilangan pilot-pilot handalnya akibat dari taktik Kamikaze. (Sejarah
Perang, 2011, Blog Sejarah Perang Dunia)
|