Start Back Next End
  
36
2.2.3 Sastra Indonesia
Sastra Indonesia merupakan sebuah istilah yang mewakili berbagai macam
sastra di Asia Tenggara. Sastra Indonesia sering dirujuk kepada sastra yang bahasa
akarnya berdasarkan Bahasa Melayu. Sastra Indonesia terbagi dari dua bagian besar
yaitu, lisan dan tulisan.
Menurut Rachmat Djoko Pradopo, sastra Indonesia memiliki urutan waktu yang
terbagi dalam beberapa angkatan, yaitu: “Angkatan Balai Pustaka: 1920-1940,
Angkatan Pujangga Baru: 1940-1955, Angkatan 1940-1955, Angkatan 1950-1970,
Angkatan 1965-sekarang (1984).
Secara garis besar setiap angkatan memiliki tokoh yang berperan besar pada
masanya. Dimulai dari
Angkatan Balai Pustaka yaitu, Marah Roesli dengan karyanya
“Siti Nurbaya”, Angkatan Pujangga Baru yaitu, Sutan Takdir Alisjahbana dengan
karyanya “Dian Tak Kunjung Padam” dan Hamka dengan karyanya “Di Bawah
Lindungan Ka’abah,” Angkatan 1945 yaitu Chairil Anwar dengan karyanya “Deru
Campur Debu”, Angkatan 1950-1960an yaitu Pramoedya Ananta Toer dengan karyanya
“Buni Manusia”, “Anak Semua Bangsa”, “Jejak Langkah”, dan “Rumah Kaca,” serta
W.S Rendra dengan karyanya “Balada Orang-orang Tercinta” dan “Potret
Pembangunan dalam Puisi,” Angkatan 1966-1970an yaitu Taufik Ismail dengan
karyanya “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” dan Goenawan Mohammad dengan
karyanya “Parikesit”, Angkatan
1980-1990an yaitu, Y.B Mangunwijaya dengan
karyanya “Burung-burung Manyar” dan Hilman Hariwijaya dengan karyanya “Lupus”.
2.2.4 Penyair
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996)
menyatakan, “Penyair adalah seseorang
yang menulis/mengarang karya puisi. Karya ini biasanya dipengaruhi oleh tradisi
budaya dan intelektual dan ditulis dalam suatu bahasa tertentu.”
Beberapa kalangan
menganggap bahwa puisi yang terbaik memiliki ciri-ciri yang luas, tidak lekang oleh
waktu dan memiliki gambaran umum bagi seluruh umat manusia. Kalangan lainnya
lebih mementingkan kualitas dari fakta dan keindahan yang terkandung dalam puisi
tersebut.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter