![]() 41
Bagi saya setiap karyanya yang terkumpul dalam bentuk antologi puisi
atau kumpulan cerpen atau naskah itu merupakan temuan, merupakan
hasil pencarian dahsyat sampai dia menemukannya menjadi tonggak.
Kalau dikaji hampir setiap kumpulannya berbeda, beda gaya. Jadi
Rendra bukanlah orang yang produktif secara kuantitas, dibanding para
penyair yang lain. Dia tidak produktif dalam pengertian itu. Setiap dia
mengeluarkan karya mesti jadi sesuatu.
Kebiasaan Rendra dalam membacakan karyanya:
Rendra menulis sebuah puisi ia berusaha menggunakan tata bahasa yang
mudah dimengerti masyarakat sehingga dapat terpakai dalam kehidupan
sehari-hari.
Saat membacakan puisinya Rendra juga selalu menyesuaikan dengan
keadaan sekitar serta puisinya bertemakan apa. Dan Rendra tidak lagi
memerlukan musik iringan saat dia baca sajak, karena saat Rendra baca
sajak sudah memberikan irama-irama musik yang mendukung puisinya.
Rendra juga pernah pentas dialam terbuka, kampus, serta memerankan
sebagai orang tua atau kekasih yang rindu kepada pasangannya, atau
sebagai kakek tua. Rendra ingin memaksimalkan karyanya tersampaikan
sampai memperhatikan hal-hal yang detail.
Usaha Rendra dalam memperkenalkan puisinya kepada publik:
Rendra membaca puisi dari satu rumah temannya ke rumah temannya
yang lain.
Mulai tahun 1969 Rendra mulai menjambangi kampus sebagai sarananya
membacakan puisi.
Menurut Rendra pusat kebudayaan adalah kampus. Alasannya,
kebudayaan itu sudah merupakan hasil pikiran.
|