5
Lantas timbul gagasan dari Haji Jamahri untuk memakai rempah
rempah itu sebagai obat dengan cara berbeda. Ia lalu merajang cengkeh sampai
halus, kemudian mencampurnya dengan tembakau, dan dibungkus dengan daun
jagung, kemudian dibakar ujungnya. Dengan cara menghirup asapnya sampai
masuk ke paru paru, ia merasa sakit di dadanya berangsur angsur sembuh.
Ia memberitahukan perihal penemuan ini kepada orang
orang di
dekatnya. Akhirnya berita ini cepat selesai tersiar dan menyebar luas hingga
permintaan rokok obat temuannya ini pun berdatangan. Tak lama kemudian
akhirnya Haji Jamahri membuat industri rokok temuannya itu dalam skala kecil.
Awal mulanya, penduduk kota Kudus menyebut jenis rokok temuan Haji
Jamahri ini rokok cengkeh. Akan tetapi, oleh karena jika dihisap rokok ini
menimbulkan bunyi keretek keretek seperti bunyi daun dibakar sebagai akibat
pemakaian rajangan cengkeh untuk campuran tembakau isinya, jenis rokok ini
akhirnya disebut orang dengan rokok kretek.
Awalnya kretek ini dibungkus dengan kelobot atau daun jagung kering.
Dijual per ikat dimana setiap ikat terdiri dari 10 batang tanpa selubung kemasan
sama sekali. Haji Jamahri meninggal dunia di Kudus pada 1890 dan dengan
demikian lahirnya industri Kretek di Kudus (juga pertama kalinya di Indonesia)
telah terjadi antara 1870 sampai 1880.
Pada tahun tahun pertama, perdagangan rokok kretek hanya terbatas di
Kudus dan daerah sekitarnya. Namun dalam waktu singkat pemasarannya
meluas hingga merambah berbagai daerah di pulau Jawa. Pada awal mulanya,
seluruh perusahaan rokok kretek yang ada di Kudus dikelola oleh para
pengusaha etnis Tionghoa. Karena terjadi persaingan tidak sehat antara
pengusaha pribumi dan Tionghoa, akhirnya meletuslah kerusuhan hebat di
Kudus pada 31 Oktober 1918 yang mengakibatkan banyak jatuh korban dan
terbakarnya beberapa rumah dan beberapa pabrik rokok.
Pada tahun tahun pertama kelahirannya, industri rokok kretek di Kudus
memakai tenaga pelinting rokok dari daerah di sekitar Kudus saja. Namun
karena kebutuhan tenaga yang lebih banyak dan efisiensi waktu dan biaya, maka
kemudian dipakai sistem usaha rumah tangga yang memungkinkan orang dari
desa yang jauh dari kota Kudus bisa ikut dalam proses produksi.
|