9
16 perusahaan menengah, dan tujuh pabrik rokok kecil (gurem). Diantara pabrik
besar itu adalah milik M. Atmowidjojo (merek Goenoeng Kedoe), H.M. Muslich
(merek Delima), H. Ali Askin (merek Djangkar), Tjoa Kang Hay (merek Trio),
dan M.Sirin (merek Garbis dan Manggis).
Sejarah mencatat Nitisemito mampu mengomandani 10.000 pekerja dan
memproduksi 10 juta batang rokok per hari pada 1938. Kemudian untuk
mengembangkan usahanya, ia menyewa tenaga pembukuan asal kota
kota di
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan bahkan ke negeri Belanda sendiri.
Hebatnya lagi, sekalipun ternyata Nitisemito adalah seorang pengusaha
yang tuna aksara dan sama sekali tak bisa baca-tulis, anehnya ia telah
menerapkan sejumlah prinsip perusahaan modern, salah satunya dengan trik
promosi yang mencengangkan. Ia sengaja memberikan hadiah bonus bagi para
pelanggannya dengan cara menukarkan sejumlah rokok produksi perusahaannya
dengan berbagai barang, mulai dari gelas, pring , cangkir, jam dinding, arloji
hingga sepeda. Ia juga membuat semacam pentas sandiwara keliling dengan
menyisipkan promosi rokok hasil produksinya. Bahkan, ia tercatat sebagai satu
satunya pemilik perusahaan rokok yang sampai menyewa pesawat terbang
Fokker pamflet rokok hasil produksinya ke Bandung dan Jakarta.
Sayangnya, perusahaan rokok cap Bal Tiga itu mesti bangkrut akibat
permasalahan konflik internal keluarga yang mengakibatkan pemerintah Hindia
Belanda tahu perihal penyelewengan pajak perusahaan rokok yang belum
terbayarkan. Munculnya perusahaan rokok lain seperti Nojorono (1940),
Djamboe Bol (1937), Djarum (1950) dan Sukun., semakin mempersempit pasar
Bal Tiga. Puncaknya ketika Jepang mengambil
alih kekuasaan, harta dan aset
perusahaan rokoknya diambil paksa oleh Jepang. Sekalipun sesudahnya ia boleh
membuka kembali, namun perusahaan rokoknya telah ambruk total. Nitisemito
meninggal pada 1953. Pada 1955, sisa kerajaan kretek Nitisemito akhirnya
dibagi rata pada ahli warisnya.
Ambruknya pasaran Bal Tiga disebut
sebut juga disebabkan oleh
berdirinya rokok Minak Djinggo pada 1930. Pemilik rokok ini, Kho Djie Siong,
adalah mantan agen Bal Tiga di Pati , Jawa Tengah. Sewaktu masih bekerja pada
Nirtisemito, Kho Djie Siong banyak mencari informasi rahasia racikan dan
|