Start Back Next End
  
16
1946-1948 - Aidit dan Soetanti bertemu di Solo, atas nama Sarekat Mahasiswa
Indonesia mereka mengundang Aidit sebagai ketua Departemen Agitasi dan
propaganda Partai Komunis Indonesia Solo untuk memberikan "kuliah" soal politik
dan keorganisasian. Pada awal tahun 1948, Aidit 25 tahun, dan Soetanti 24 tahun,
menikah secara Islam tanpa pesta, di rumah KH Raden Dasuki, sesepuh PKI solo,
yang bertindak sebagai penghulu. Empat adik Soetanti datang. Dua adik Aidit Murad
dan Sobron datang mewakili keluarga dari belitung.
Gambar 2.3 Foto Aidit berorasi
1948
-
Muso mencela Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus. Menurut dia
seharusnya kekuasan tidak jatuh ketangan individu yang ditudingnya borjuis yaitu
Soekarno-Hatta. Seharusnya kekuasaan jatuh ke ganggaman kaum proletar, buruh,
dan tani. Sikap ini diyakini Aidit. Baginya, kehadiran Musso menjanjikan aksi, bukan
sekedar angan revolusi. Pada pertengahan 1948, Aidit ditugaskan mengkoordinasi
seksi pemburuhan partai. Posisi yang strategis itu merupakan kepercayaan yang
sangat besar bagi Aidit. Hanya sebulan setelah menjabat, tepatnya pada tanggal 18
September 1948 dini hari, tida letusan senjata api terdengar di kota madiun, Jawa
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter