Start Back Next End
  
12
pertama dikenal dengan nama Meer Uitgebreid Lager Onderwijs(MULO) yang berada
di Medan dan Jakarta. Setibanya di Batavia, Achmad Aidit ditamoung di rumah
kawan ayahnya, Marto, seorang mantri polisi di kawasan Cempaka Putih. Sayangnya
pendaftaran MULO
sudah ditutup ketika sesampainya Aidit di Jakarta, dan dia harus
puas bersekolah di Middestand Handel School(MHS), sebuah sekolah dagang di jalan
Sabang, Jakarta Pusat. Bakat kepemimpinan Aidit dan idealismenya yang berkobar-
kobar langsung menonjol di antara kawan sebayanya. Di sekolahnya yang baru, Aidit
mengorganisasi kawannya melakukan bolos masal untuk mengantar jenazah pejuang
kemerdekaan Muhammad Husni Thamrin, yang ketika itu akan dimakamkan. Karena
terlalu aktif di luar sekolah, Aidit tidak pernah menyelesaikan pendidikan formalnya
di MHS.
1939 - Tiga tahun di Cempaka Putih, Aidit pindah ke sebuah rumah di Tanah
Tinggi 48, kawasan senen, Jakarta Pusat. Ketika indekos di sini, Murad adik Aidit
datang menyusul dari Belitung, juga untuk bersekolah di Jakarta.
1940 - Situasi politik di Ibu Kota sudah menarik minat Aidit sejak awal. Dia
pertama-tama bergabung dengan Persatuan Timur Nuda atau (Pertimu), dimotori
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), di bawah pimpinan Amir Sjarifuddin dan Dr
Adenan Kapan Gani. Dalam organisasi inilah persinggungan Aidit denga politik
makin menjadi-jadi. Hanya dalam waktu singkat, Aidit diangkat menjadi Ketua
Umum Pertimu. Achmad Aiditlalu berganti nama menjadi Dipa Nusantara Aidit
dikarenakan Aidit sudah merasakan bahwa lapangan politik yang dipilihnya
mengandung risiko tinggi, baik bagi dirinya sendiri maupun keluarga. 
1942
-
D.N. Aidit membuat biro pemasaran iklan dan langganan surat kabar
bernama "Antara" di daerah Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat. Lama-kelaman,
selain biro iklan, Antara juga berjualan buku dan majalah. Pertemanan yang terjalin
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter