Start Back Next End
  
13
antara Aidit dan teman se-indekosnya yang bernama Mochtar akhirnya menjelma
menjadi hubungan bisnis bersama. Mereka mengusahakan sebuah penjahitan yang
dipimpin oleh Mochtar, juga diberi nama Antara. Itu dilakukan karena Antara sudah
memiliki badan hukum, yakni surat izin usaha yang dirintis D.N. Aidit. Karena
lokasinya yang strategis menjadi tempat mangkal aktivis pada masa itu, seperti Adam
Malik dan juga Chaerul Saleh, otomatis jaringan relasi aidit meluas. 
1942-1943
-
D.N. Aidit merasa harus terus berjuang melaksanakan kegiatan
anti jepang, penjajah yang menduduki Indonesia. Pekerjaan di bawah tanah dengan
risiko  yang sangat tinggi karena Aidit harus berhadapan dengan mata-mata Kempetai
(polisi militer Jepang), bukan merupakan pekerjaan sederhana. Lewat teman-
temannya Aidit dapat bekerja sebagai pegawai di Putera (pusat tenaga rakyat). Aidit
terpilih untuk ikut dalam kursus-kursus
yang diadakan para pemuda "Angkatan
Indonesia Baru" yang dilaksanakan di jalan Menteng 31. Asrama ini dikelola oleh
Sedenbu (badan penerangan jepang) tempat Sukarni bekerja. Jadi usaha jepang
menarik golongan pemuda dimanfaatkan oleh D.N. Aidit untuk menyusup bersama
perjuangannya. Menteng 31 dulunya hotel bernama Schomper I. Setelah Belanda
pergi pada tahun 1942 tempat itu menjadi salah satu basis perlawanan anak muda.
Aidit dan teman-teman mendapatkan gemblengan seperti Soekarno, Bung Hatta, Amir
Sjarifuddin, Ahmad Soebarjo, dan Ki Hajar Dewantara.
1944-1945
-
Beberapa pemuda sepakat mendirikan Gerindom (Gerakan
Indonesia Merdeka). Dewan politiknya dipegang oleh D.N. Aidit sebagai ketua, 
dengan anggota-anggota MH Lukman dan Suko. Sedangkan dewan eksekutif
dipegang oleh Syamsuddin (Chan), Suko dan Sidik Kertapati. Di samping itu atas
inisiatif angkatan baru dibentuk juga PBK (Persatuan Buruh Kendaraan) yang
dipimpin oleh Suparjan dan D.N. Aidit. Para pengajar di asrama 31 antara lain Bung
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter