14
Berikut ini adalah delapan aturan emas yang dijadikan
sebagai pedoman dalam perancangan antar muka
menurut
Shneiderman dan Plaisant (2010:88-89):
1.
Berusaha untuk konsisten (Strive for consistency)
Urutan tindakan yang konsisten seharusnya terdapat pada situasi
yang sama. Konsistensi dapat digunakan pada prompt, menus,
help screens, warna, layout, fonts.
2.
Menyediakan fungsi yang bersifat umum (Cater to universal
usability)
Mengenali kebutuhan dari user
yang beragam dan desain
untuk
memfasilitasi konten.Perbedaan berdasarkan keahlian, rentang
umur, kecacatan dan keragaman teknologi dengan
menambahkan persyaratan pada pedoman desain.
3.
Memberikan umpan balik yang informatif (Offer informative
feedback)
Setiap aksi dari user seharusnya mendapatkan umpan balik dari
sistem. Umpan balik tersebut harus memberikan informasi yang
tepat.
4.
Merancang dialog untuk keadaan akhir (Design dialog to yield
closure)
Urutan dari aksi seharusnya dikumpulkan menjadi satu kesatuan
dari awal, pertengahan hingga akhir. Diperlukannya umpan
balik yang informatif untuk memberikan kepuasan pada
penyelesaian dan indikator untuk menyelesaian aksi berikutnya.
5.
Pencegahan terhadap kesalahan (Prevent error)
Diusahakan rancangan sistem sedemikian rupa sehingga
memperkecil kemungkinan user
membuat kesalahan yang
serius. Jika user
membuat kesalahan maka interface seharusnya
mendeteksi error
dan menawarkan instruksi yang sederhana,
konstruktif dan spesifik untuk memperbaiki kesalahan.
6.
Pengembalian aksi yang mudah (Permit easy reversal of action)
Diusahakan sebuah aksi memungkinkan untuk dibatalkan. Fitur
ini digunakan untuk mengurangi kecemasan ketika user
|