54
awalnya tidak dibangun di Indonesia. Menara dimaksudkan sebagai
tempat mengumandakan adzan, seruan penanda shalat. Peran menara
digantikan bedug atau tabuh sebagai penanda masuknya waktu shalat.
Setelah bedug atau tabuh dibunyikan, mulailah adzan dilakukan.
Namun, ada pula menara yang dibangun semisal di masjid Kudus dan
Demak. Uniknya, bentuk menara di kedua masjid mirip bangunan candi
Hindu. Meskipun di masa kini telah dilengkapi menara, bangunan-
bangunan masjid jauh di masa sebelumnya masih mempertahankan
bentuk lokalnya, terutama meru dan limas bertingkat tiga.
Seni Ukir,
Ajaran Islam melarang kreasi makhluk bernyawa ke dalam
seni. Larangan dipegang para penyebar Islam dan orang-orang Islam
Indonesia. Sebagai pengganti kreativitas, mereka aktif membuat
kaligrafi serta ukiran tersamar. Misalnya bentuk dedaunan, bunga,
bukit-bukit karang, pemandangan, serta garis-garis geometris.
Termasuk ke dalamnya pembuatan kaligrafi huruf Arab. Ukiran
misalnya terdapat di Masjid Mantingan dekat Jepara, daerah Indonesia
yang terkenal karena seni ukirnya.
Seni Sastra, Seperti India, Islam pun memberi pengaruh terhadap sastra
nusantara. Sastra bermuatan Islam terutama berkembang di sekitar Selat
Malaka dan Jawa. Di sekitar Selat Malaka merupakan perkembangan
baru, sementara di Jawa merupakan kembangan sastra Hindu-Buddha.
Sastrawan Islam melakukan gubahan baru atas Mahabarata, Ramayana,
dan Pancatantra. Hasil gubahan misalnya Hikayat Pandawa Lima,
Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat Seri Rama, Hikayat Maharaja
Rawana, Hikayat Panjatanderan. Di Jawa, muncul sastra-sastra lama
yang diberi muatan Islam semisal Bratayuda, Serat Rama, atau Arjuna
Sasrabahu. Di Melayu berkembang Syair, terutama yang digubah
Hamzah Fansuri berupa suluk (kitab yang membentangkan persoalan
tasawuf). Suluk gubahan Fansuri misalnya Syair Perahu, Syair Si
Burung Pingai, Asrar al-Arifin, dan Syarab al Asyiqin.
Seta Basri. n.d Penyebaran Islam dan Pengaruh Islam atas kebudayaan
Indonesia. 31-Oktober-2013.
|