Start Back Next End
  
8
suasana.
Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti penempatan karakter pada
frame, pemanfaatan tata cahaya, maupun sudut dan posisi sebuah kamera. Intinya adalah
mempertahankan apa yang berkaitan, dan menghindari detail
yang kurang penting. (Hlm
53-56)
2.2.1.4  Straight Ahead Action dan Pose to Pose
Menghasilkan gerakan yang lebih luwes, dan menghasilkan rentetan adegan yang
lebih realistis. Namun permasalahannya adalah sulit untuk mempertahankan proporsi, dan
menekankan pose-pose dalam lajunya. "Pose to pose" menghasilkan adegan dramatis atau
emosional secara lebih baik, dimana komposisi
dan kesinambungan
terhadap
sekelilingnya merupakan hal yang sangat penting. (Hlm 56-58)
2.2.1.5  Follow Through dan Overlapping Action
Prinsip ini diterapkan agar sebuah animasi memberi kesan mengikuti hukum
fisika. Contohnya adalah pada tubuh manusia,
bagian badan adalah pusatnya, dengan
tangan, kaki, kepala dan rambut secara berurutan dan bertahap mengikuti pergerakan
badan. Thomas dan Johnston juga menerapkan prinsip moving hold. Dimana jika sebuah
karakter tidak sedang bergerak bisa digambarkan saja
dalam satu frame, ini sering
dilakukan, biasanya untuk memusatkan perhatian terhadap adegan utama. Namun
menurut Thomas dan Johnston, ini memberikan hasil yang tidak hidup, dan sebaiknya
dihindari Walaupun sebuah karakter diam tetap harus menggambarkan beberapa gerakan,
seperti pernafasan dan pergerakan tubuh. (Hlm 59-62)
2.2.1.6  Slow In and Slow Out
Pergerakan tubuh manusia, dan benda pada umumnya, membutuhkan waktu untuk
mempercepat dan memperlambat. Karenanya, Animasi bisa terlihat lebih realistis apabila
terdapat gambar yang lebih padat diawal dan merenggang di akhir, Meningkatkan
perbedaan pose, dan lebih sedikit gambar diantaranya. Contohnya ketika seseorang yang
duduk ingin berdiri maka Diantara pose duduk dan berdri, kepadatan gambar didominasi
pada awal pose dan akhir pose. Sehingga menimbulkan kesan percepatan dan
perlambatan.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter