Start Back Next End
  
lipat. Rata-rata setiap tahun, 56 ton opium mentah masuk ke Jawa secara resmi. Pada
awal 1800, peredaran opium semakin marak dan sudah menjamur di seluruh pesisir
utara Jawa, mulai dari Batavia hingga ke Tuban, Gresik, Surabaya di Jawa Timur,
bahkan Pulau Madura. Di pedalaman Jawa, opium juga sampai ke desa-desa di
seantero wilayah Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Di Yogyakarta saja disinyalir
terdapat 372 tempat penjualan opium. 
Pada masa itu dikalangan bangsawan, bahkan opium juga dipandang sebagai
simbol keramah-tamahan dalam kehidupan bermasyarakat. Di pesta-pesta kalangan
atas, sering ditemui jika para tamu pria disuguhi opium. Permukiman Cina, yang
semula hanya terpusat di sepanjang pesisir utara, pada pertengahan abad ke-19 mulai
menyebar ke kota-kota pedalaman Jawa. Dari kawasan ini berkembanglah lahan
subur bagi para Bandar opium. Pasar opium yang  paling besar terletak di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. 
Wilayah Keresidenan Kediri dan Madiun selalu menghasilkan pajak opium
tertinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. Sejak awal abad ke-19 hingga awal
abad ke-20, kawasan itu juga mencatat rekor jumlah pengguna opium di pulau Jawa.
Peringkat kedua diduduki oleh wilayah pesisir, yaitu Semarang, Rembang, hingga
Surabaya. Lalu kawasan pedalaman Yogyakarta, dan wilayah Keresidenan Kedu.
Kemudian disusul wilayah Batavia, hingga pantai utara bagian timur, Tuban, Besuki,
Pasuruan, Probolinggo, Madura, juga pedalaman Ponorogo.
Diperkirakan, satu dari 20 lelaki Jawa mengisap opium hanya sebagai
kenikmatan sesaat, tak sampai terjerat menjadi pecandu. Kedudukan opium pada
masa itu mirip dengan posisi rokok pada masa kini, dan sering kali dijumpai bahkan
pada desa-desa ada pondok untuk menghisap candu. Dalam perayaan panen pun
sering dirayakan dengan menghisap candu. Banyak orang di Jawa yang jatuh dalam
adiksi opium. Pada abad 18, raja Surakarta yaitu Pakubuwono II bertekad melarang
semua keturunannya menghisap opium.
Di masa-masa awal maraknya opium, Masyarakat tanah Banten menyatakan
kebenciannya terhadap opium dengan membuat larangan resmi. Sepanjang abad ke-
19, kawasan ini dinyatakan bebas opium. Pemerintah kolonial Belanda melarang
bandar opium Cina masuk beroperasi di wilayah Keresidenan Priangan dan Banten.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter