| 
 Pertempuran ini memakan waktu yang lama dan menelan  
banyak korban. Tak terkecuali pemimpin pasukan Aceh, Teuku Cik  
Ibrahim, suami Cut Nyak Dhien. Setelah lima tahun bergerilya beliau  
wafat dan kematiannya semakin membulatkan tekad Cut Nyak Dhien  
yang bersumpah untuk melawan Belanda hingga akhir hayatnya.  
Pengabdian dirinya selama 32 tahun telah memberi kesan  
mendalam bagi rakyat Aceh dan Indonesia. Cut Nyak Dhien diangkat  
sebagai pahlawan nasional sebagai penghormatan atas perjuangan suci  
beliau menjaga tanah air dari tangan para penjajah.  
f.   
Teungku Fakinah  
Teungku Fakinah adalah salah satu ulama perempuan yang  
hidup di era yang sama dengan Cut Nyak Dhien. Ia merupakan rekan  
dan penasehat spiritual Cut Nyak Dhien pada masa Perang Aceh.  
Meskipun berlatar belakang pendidikan non-formal di pesantren  
milik orangtuanya, Teungku Fakinah turut berjuang di medan tempur.  
Jalan yang ditempuhnya ialah dengan berkeliling Aceh mengumpulkan  
sumbangan untuk biaya perang. Beliau pun menjabat sebagai panglima  
perang satu-satunya kala itu, dilengkapi dengan pasukan perempuan  
hebat berani mati.  
Setelah Kesultanan Aceh menyerah, Teungku Fakinah  
menunaikan haji dan kembali untuk menyebarkan pendidikan agama di  
kampung halamannya.   
g.   
Pocut Baren  
Aceh kembali menyumbang pahlawan wanita terhebatnya dalam  
pengukiran sejarah Indonesia. Pocut Baren berhasil membuat pasukan  
Belanda luluh lantah dalam misi penangkapan dirinya. Beliau sempat  
berperang bersama Cut Nyak Dhien hingga penangkapan dan kematian  
suaminya. Namun Pocut Baren terus berjuang bersama prajuritnya.  
 |