BAB 2
LANDASAN T EORI
2.1 Teori Semiotika
Ilmu semiotika dijelaskan oleh Van Zoest (1993:1) sebagai cabang ilmu yang
berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda.
Semiotika berasal dari kata Yunani : semeion, yang berarti tanda. Semiotika
adalah ilmu yang memp elajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan
suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. la mampu menggantikan sesuatu yan g
lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semula berkemban g
dalam bidang bahasa, kemudian berkemban g pula dalam bidang seni rupa dan desain
komunikasi visual (Tinarbuko, 2008:16).
Dari pendapat tersebut, penulis
dapat memahami bahwa tanda merupakan
segala yan g dianggap memiliki makna, sehingga penulis beragumen bahwa warna
hitam pada kurotomesode juga merupakan sebuah tanda yang dapat ditelusuri dan
dianalisis filosofinya. Argumen ini diperkuat juga dengan pendapat dari Piliang,
(dalam Tinarbuko 2009:11) yang mengatakan bahwa berdasarkan pandangan
semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka
semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya
pengertian tanda itu sendiri.
2.1.1 Makna Tanda
Tanda-tanda (sign) adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia ini (Sobur, 2004:15). Aristoteles (384-322 SM) telah
meletakkan dasar teori penandaan yan g sampai sekarang masih menjadi dasar ilmu
yang digunakan dalam dunia semiotika. Ia mendefinisikan mengenai tanda yan g
tersusun atas tiga dimensi: (1) bagian fisik dari tanda itu sendiri (suara yang
membentuk kata seperti komputer); (2) referen yang dipakai untuk menarik
perhatian (satu jenis alat tertentu); (3) pembangkitan makna (yang diisyarakatkan
oleh referen baik secara psikologis maupun sosial. Sebagaimana dalam konteks
semiotika, semua hal ini disebut sebagai (1) penanda, (2 ) petanda, dan (3)
signifikasi (Danesi, 2010:34).
|