17
pasangan mereka namun baru belakangan menyadari ad a
ketidakcocokan.
3. Self-Focused. Pada tah ap perkembangan ini, individu mulai membuat
rencana dalam menjalani aktivitasn ya sehari-hari, menggali pemahaman
yang lebih dalam mengenai siapa diri merek a dan apa yang merek a
inginkan dalam hidup, serta mulai membangun fondasi untuk masa
dewasa mereka. Selain itu, dengan diperolehn ya kebebasan yang lebih
dibandingkan saat masih remaja, individu dituntut untuk selalu mampu
mengambil keputusannya sendiri dan bertanggung
jawab terhad ap
keputusan tersebut.
4. Feeling In-Between. Individu merasakan tahap dimana ia tidak ingin lagi
dianggap sebagai remaja namun merasa belum sepenuhnya siap untuk
masuk ke kelompok usia dewasa. Alasan mengapa kebanyakan emerging
adult merasa berada diantara remaja dan dewasa awal adalah karen a
menurut mereka untuk menjadi dewasa membutuhkan proses-proses
yang tidak mudah, yaitu: menjalankan
tanggung jawab diri sendiri
sepenuhnya, membuat keputusan-keputusan secara mandiri, dan mandiri
secara materi atau sudah memiliki penghasilan sendiri. Proses tersebut
membutuhkan waktu dan tidak dapat dicapai begitu saja dalam satu
waktu.
5. Possibilities. Harapan-harapan individu dalam tahap emerging adulthood
berkembang besar. Mereka melihat diri mereka memiliki ban yak
kemungkinan untuk menjadi sosok yang besar dan mampu
bertransformasi. Segala kesempatan untuk berkembang sangat terbuk a
lebar bila dibandingkan dengan tahapan perkembangan lainnya, seperti
misalnya kesempatan untuk melanjutkan sekolah, meniti karier di bidang
tertentu hingga memulai hubungan yang baru seperti pertunangan atau
pernikahan.
Faktor budaya, modernisasi dan kemajuan teknologi turut memberikan tekanan
bagi individu di tahap perkembangan emerging adult. Peristiwa-peristiwa yang erat
kaitannya sebagai tanda kedewasaan mulai ber geser dari yang semula hanya p ernikah an
menjadi beberapa pencapaian, misalnya kemandirian dalam hal finansial, yang juga
|